Skip to main content

Target dan Tujuan Penyebaran Isu Kebangkitan PKI

Isu kebangkitan PKI jelang pilpres 2019 mendatang, terus disosialisasikan secara aktif di sosial media. Dibalik penyebaran isu itu, tentu ada target dan tujuan politik yang ingin dicapai pelaku yaitu merebut kekuasaan. Kemungkinan besar, para penyebar isu bekerja secara berkelompok, namun berada dalam satu garis komando. 

Generasi milenial menjadi target utama penyebaran isu ini. Para pelaku menilai, generasi milenal mudah dipengaruhi. Belum lama ini, Polri berhasil meringkus kelompok Family MCA (Muslim Cyber Army) dan Saracen yang diduga kuat, berperan aktif dalam menyebarkan isu kebangkitan PKI melalui grup Whatsapp (WA). Penyebaran isu kebangkitan PKI yang dilakukan secara berulang-ulang kepada generasi milenial di sosial media merupakan strategi politik brainwashing (cuci otak). Brainwashing adalah penerapan teknik memaksa untuk mengubah keyakinan, persepsi dan penilaian serta pola pikir dan perilaku seseorang untuk tujuan politik. 

Target selanjutnya yang diincar para pelaku ialah masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah. Para pelaku berharap, penyebaran isu kebangkitan PKI bisa menciptakan konflik sosial (devide et impera atau adu domba) yang dikaitkan dengan adanya perbedaan SARA. Secara umum, devide et impera merupakan gerakan politik pecah-belah yang di dalamya terdapat kombinasi antara strategi politik, militer, dan ekonomi yang tujuannya merebut kekuasaan. Teknik devide et impera ini, dilakukan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil agar lebih mudah ditaklukkan.

Penyebaran isu kebangkitan PKI, memiliki dimensi SARA yang bisa membuat antarsesama anggota masyarakat saling curiga dan mungkin berujung kepada konflik horisontal. Biasanya, ketika terjadi konflik horizontal, pelaku akan segera melakukan tindakan politik dengan cara mengkudeta pemerintah. 

Target terakhir yang menjadi sasaran penyebaran isu kebangkitan PKI ialah kelompok muslim. Tujuannya ialah agar kaum muslim yang terbagi dalam sejumlah aliran dan ormas berbasis agama langsung melakukan perlawanan terhadap pemerintah (konflik vertikal). 

Penyebaran isu kebangkitan PKI ini, mungkin saja ‘digoreng’ secara sistematis oleh kelompok tertentu. Kemungkinan besar, oknum-oknum yang berperan aktif mempropagandakan isu kebangkitan PKI, bukan dari rakyat biasa. 

Namun, saat ini masyarakat Indonesia sudah semakin cerdas, kritis dan rasional, sehingga isu kebangkitan PKI yang dihembuskan tidak akan berdampak apapun terhadap bangsa ini. Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis pada 28 September 2017 lalu, menyebutkan bahwa sebanyak 86,8 persen responden tidak percaya adanya isu kebangkitan PKI. Survei ini dilakukan menggunakan metode multistage random sampling, dengan jumlah 1057 responden. Survei itu juga menggunakan margin of error kurang-lebih 3,1 persen dan tingkat kepercayaannya mencapai 95 persen. 

Tenaga Kerja China 

Sebelum isu kebangkitan PKI merebak kencang, tahun 2016 lalu rumors kebangkitan PKI sudah ramai dibicarakan, terkait masuknya tenaga kerja dari China yang dinilai sebagai awal bangkitnya komunisme. Presiden Jokowi langsung membantahnya, saat Deklarasi Pemagangan Nasional Menuju Indonesia Kompeten di Karawang, Jawa Barat, Jumat, 23 Desember tahun 2016 lalu. Presiden Jokowi mengatakan, tenaga kerja China yang masuk Indonesia hanya berjumlah 21.000 orang. Menurut Jokowi, jumlah itu sangat kecil dibandingkan dengan jumlah TKI yang bekerja di negara seperti Malaysia mencapai 2 juta orang dan di Hongkong mencapai 153.000 orang. 

Bahkan, Presiden Jokowi mempertanyakan banyaknya fitnah yang dilayangkan kepadanya soal PKI. "Coba saya saja banyak diisukan 'Itu Pak Jokowi PKI'. Padahal, PKI itu dibubarkan tahun 1965. Saya lahir 1961. Berarti saya baru umur 3-4 tahun. Masak ada PKI balita. Ya ndak? Lucu banget khan. Itu yang memfitnah ngawur," kata Jokowi dalam acara penyerahan sertifikat tanah untuk rakyat di Halaman Sirkuit Sentul, Babakan Madang, Bogor, Selasa, 6 Maret 2018 lalu.

Paham komunisme di dunia sudah hancur, contohnya negara Uni Sovyet dan negara-negara pecahannya sudah berubah menjadi bangsa kapitalis sejak tahun 1991. Sejumlah negara Eropa Timur, diantaranya Polandia dan Hungaria juga sudah menjadi negara sekuler. China, Korea Utara, Vietnam dan Myanmar secara perlahan tetapi pasti, mulai menganut paham kapitalis secara kental. Nah, di Indonesia juga terjadi hal yang sama. Paham komunisme sudah mati sejak tahun 1965.

Salam sruput teh tubruk bro... [ Wawan Kuswandi ]

Indocomm.blogspot.co.id
www.facebook.com/INDONESIAComment/
plus.google.com/+INDONESIAComment
@wawan_kuswandi
#INDONESIAComment
Deenwawan.photogallery.com
Foto: Istimewa

Comments

Popular posts from this blog

Menu Buka Puasa itu Bukan Takjil, Tapi Iftar [puasa hari ke-3]

Hampir sebagian besar kaum muslim di Indonesia, memahami kata takjil sebagai makanan atau minuman ringan untuk berbuka puasa. Sebenarnya istilah yang benar tentang menu untuk berbuka puasa bukan takjil, tetapi iftar. Sampai hari ini, pemahaman salah tentang takjil masih terus berlangsung. Takjil berarti menyegera (kamus Al Munawwir hal 900).  Takjil dalam konteks berpuasa, bila diadaptasi kedalam bahasa Indonesia mengandung arti menyegera berbuka puasa saat tiba waktunya (jangan ditunda-tunda). Takjil adalah bahasa Arab yang artinya penyegeraan, bersegera. Takjil berasal dari kata dasar ajjala, yu’ajjilu yang berarti menyegerakan atau mempercepat. Takjil adalah kata kerja, bukan kata benda. Jadi, arti kata takjil bukan makanan atau minuman. Kata yang tepat untuk menyebut makanan dan minuman saat berbuka puasa adalah Iftar. Dalam kamus KBBI, kata iftar diadaptasi dari bahasa Arab yang berarti berbuka puasa. Iftar menggambarkan makanan dan minuman, termasuk makanan utama seper

PROFIL PUBLIK: Wawan Kuswandi, Sosok Jurnalis dan Pemerhati Komunikasi Massa Berkarakter Friendly

PROFIL PUBLIK Wawan Kuswandi, Sosok Jurnalis dan Pemerhati Komunikasi Massa  Berkarakter Friendly Wawan Kuswandi adalah sosok jurnalis dan pemerhati komunikasi massa yang memiliki karakter friendly. Dalam jagat jurnalistik, Weka (panggilan sehari-hari Wawan di kalangan teman-teman pers) sudah berpetualang sekitar  20 tahun lebih hingga sekarang.  Mengawali karirnya sebagai kuli tinta, Wawan bekerja di harian MERDEKA, Jakarta (1995-2005), kemudian mengembara ke Radio SPORT FM 89,35, Jakarta (2007), Majalah TAJUK, Jakarta (2008), dan sejumlah media massa lainnya sebagai penulis lepas, seperti harian SUARA PEMBARUAN, BISNIS INDONESIA, MEDIA INDONESIA, MONETER INDONESIA, BERITA YUDHA, JAYAKARTA, PROPERTY AND THE CITY, GEOTIMES.ID, IBTimes.ID, PropertiTerkini.com, HomePoint.ID, PojokProperti.com dan sejumlah media online lainnya. Berkat pengalamannya yang panjang sebagai jurnalis, Wawan mendapat kepercayaan penuh untuk mengisi posisi EDITOR SENIOR DI NEWSNET ASIA (NNA) Jepang, selama 4 tahu

Aksi Demo Mobil Tronton Berakhir Damai antara Parung Panjang Bersatu dan Paguyuban Transforter

Proses musyawarah masyarakat Parung Panjang Bersatu dan Paguyuban Transforter dengan pejabat wilayah setempat, terkait operasional mobil tronton, berlangsung damai dan menghasilkan kesepakatan bersama.  indocomm (Jakarta), Aksi demo 20 November 2023 lalu yang dilakukan masyarakat Parung Panjang Bersatu, terkait jam operasional mobil tronton, memicu protes keras para sopir tronton, kernet, tukang tambal ban dan para pengusaha tambang Cigudeg. Sebelumnya, jam operasional mobil tronton dinilai mengganggu kenyamanan warga sekitar. Akhirnya terjadi aksi demo warga Parung Panjang Bersatu tanggal 20 November 2023 lalu. Aksi demo ini sebagai bentuk protes keras masyarakat terhadap lalu lalang mobil tronton. Namun, Aksi demo warga Parung Panjang Bersatu memicu protes para sopir tronton, kernet, tukang tambal ban dan para pengusaha tambang Cigudeg. Mereka melakukan aksi demo tandingan. Paska demo kedua belah pihak usai, Muspika Kecamatan Parung Panjang turun tangan  menertibkan jalur lintas yan