Debat cawapres yang belum lama ini digelar telah menunjukkan bahwa kiai Ma’ruf Amin merupakan sosok yang faktual dalam membangun bangsa. Sedangkan Sandiaga Uno lebih terlihat konseptual ketika menjabarkan semua programnya.
Sejujurnya, saya sebenarnya tidak tertarik untuk menyaksikan siaran langsung acara debat cawapres yang ditayangkan Televisi. Bagi saya tidak ada yang istimewa dalam debat cawapres.
Buat saya, persoalan penting dalam debat cawapres bukan terletak pada temanya (pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial dan budaya). Baik, kiai Ma’ruf maupun Sandi tidak akan mempunyai banyak waktu untuk menjabarkan tema-tema itu secara komprehensif karena keterbatasan waktu.
Mungkin rakyat juga tidak akan fokus pada tema debat. Justru, rakyat lebih butuh penjabaran sederhana tentang apa yang akan disampaikan kiai Ma’ruf dan Sandi, terutama menyangkut program yang berkaitan dengan soal kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Merangkul Keyakinan Publik
Kunci keunggulan debat ini ialah bagaimana seorang kiai Ma’ruf maupun Sandi mampu merangkul sekaligus meyakinkan umat muslim dan publik bahwa mereka benar-benar pro rakyat walaupun berbeda kubu dalam kontestasi pilpres 2019.
Saya juga penasaran ingin mengetahui sampai sejauh mana peran kiai Ma’ruf yang selama ini disimbolkan sebagai representasi muslim dan ulama dapat mengungkapkan secara tepat bahwa dirinya benar-benar mewakili umat muslim. Peran kiai Ma’ruf dalam debat ini tampaknya bertujuan untuk mendorong umat muslim agar lebih percaya kepada Jokowi. Jadi, adanya tudingan bahwa kiai Ma’ruf hanya sebagai pelengkap atau peredam konflik seputar SARA jelas salah besar.
Di sisi lain, Sandi Uno yang selama ini diklaim sebagai figurnya emak-emak dan kalangan milenial, kredibilitasnya juga dipertaruhkan dalam debat cawapres. Bila saja Sandi berhasil meyakinkan emak-emak dan kelompok milenial, maka elektabilitas Prabowo mungkin akan terdongkrak.
Berdasarkan sejumlah pertimbangan di atas, akhirnya saya mengambil keputusan untuk menonton acara debat cawapres. Dengan ditemani secangkir kopi pait, sebatang rokok kretek dan dua potong tempe mendoan, saya pun menikmati jalannya debat antara kiai Ma’ruf dan Sandi dengan rileks.
Sandi Tak Realistis
Dalam segmen visi-misi, kiai Ma’ruf sangat jelas mengungkapkan tiga program kartu sakti dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sedangkan Sandi menegaskan bahwa Prabowo-Sandi akan menghapus program Ujian Nasional (UN) dan diganti dengan program penelusuran minat dan bakat siswa. Sandi juga yakin bahwa program OK OC secara nasional akan bisa membantu memperluas lapangan pekerjaan. Sayangnya, Sandi tidak menjelaskan secara teknis soal penghapusan UN dan penerapan program OK OC secara nasional. Sandi sangat tidak realistis.
Ketika memasuki segmen tanya-jawab panelis mengenai pendidikan dan kesehatan, kiai Ma’ruf menegaskan bahwa dana riset akan ditingkatkan dan Jokowi-Ma’ruf akan membentuk Badan Riset Nasional karena hasil riset akan sangat memajukan bangsa. Sementara itu Sandi menegaskan akan mensinergikan antara lembaga pendidikan dengan lembaga riset. Menurut Sandi antara lembaga riset dengan lembaga pendidikan tidak bersinergi. Sandi tidak menyebutkan dissinergitas antara lembaga pendidikan dan lembaga riset. Selebihnya kiai Ma’ruf tetap menjadikan BPJS sebagai program unggulan untuk mendukung kesehatan rakyat. Sedangkan Sandi hanya bisa mengemukan bahwa dirinya akan menyempurnakan BPJS yang selama ini dinilai pelaksanannya belum sempurna. Sampai di sini Sandi belum mempunyai program jangka panjang untuk kesehatan rakyat seperti program BPJS Jokowi.
Dalam segmen ketenagakerjaan dan sosial budaya, baik kiai Ma’ruf maupun Sandi sama-sama menekankan pentingnya skill atau keahlian tenaga kerja. Kiai Ma’ ruf menjelaskan bahwa pihaknya akan mengefektifkan Balai Latihan Kerja (BLK) serta membuat sertifikasi skill tenaga kerja dan memberi perlindungan TKI di luar negeri. Sedangkan Sandi telah merealisasikan rumah siap kerja yang bertujuan untuk link and match antara lembaga pendidikan dan lapangan kerja. Sandi sama sekali tidak menyentuh soal perlindungan TKI di luar negeri. Dalam segmen sosial budaya, Sandi cenderung melihat budaya dalam perspektif membuka lapangan kerja. Sedangkan Ma’ruf menegaskan akan memberikan dana abadi dan memperkuat Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dengan memprioritaskan kearifan lokal.
Kiai Ma’ruf Realistis
Soal lapangan kerja menurut Sandi UMKM belum mendapat keberpihakan dari pemerintah. Tenaga Asing menurut Sandi harus bisa berbahasa Indonesia. Di lain pihak, Menurut kiai Ma’ruf, tenaga asing hadir hanya untuk transfer teknologi yang belum dimiliki bangsa ini dan hanya untuk bidang-bidang tertentu. Dalam kesempatan itu Sandi juga menegaskan perlu ada peningkatan kesejahteraan guru yang dinilainya belum mendapat keadilan. Lagi-lagi Sandi tidak menjelaskan ketidakadilan bagaimana yang dialami para guru.
Sementara itu, kiai Maruf mengatakan untuk mengontrol 60 persen dana pendidikan dari pusat ke daerah, pemerintah telah membentuk badan pengawas yaitu Badan Neraca Pendidikan Daerah dan Data Pokok Pendidikan.
Kerancuan Sedekah Putih
Sandi menuturkan, program Indonesia emas bertujuan agar ibu-ibu bisa mendapatkan protein dan gizi yang cukup agar saat melahirkan bayinya terhindar dari stunting. Konsep Sedekah putih menurut Sandi yaitu menghimbau kepada masyarakat dan dunia usaha untuk berpartisipasi menyumbangkan susu. Namun, menurut kiai Ma’ruf justru stunting dapat dicegah saat seorang ibu mulai hamil. Untuk mencegah stunting, seorang ibu harus menyusui anaknya selama 2 tahun. Apabila susu diberikan setelah dua tahun, maka stunting dapat dihindari. Menurut kiai Ma’ruf program sedekah putih justru menimbulkan kerancuan pemahaman dari masyarakat.
Lawan Hoaks dan Fitnah
Dalam kata penutup debat, Sandi mengatakan lapangan kerja masih sangat sulit, emak-emak mengeluhkan biaya hidup. Prabowo-Sandi akan menyelesaikan masalah rakyat dengan program Indonesia menang yang adil dan makmur. Bhinneka Tunggal Ika harus terus dikumandangkan sebagai wujud toleransi. Prabowo-Sandi juga mengatakan bahwa hanya cukup dengan satu KTP yang telah memiliki chips teknologi, maka semua kebutuhan rakyat bisa terlayani dengan baik. Jadi Prabowo-Sandi tidak membutuhkan tiga kartu sakti seperti program Jokowi-Ma’ruf.
Sedangkan kiai Ma’ruf dalam ucapan penutupnya menegaskan dia bersama Jokowi akan melanjutkan program Jokowi-JK dengan melakukan berbagai perbaikan program berkelanjutan. Satu pernyataan menarik yang diucapkan kiai Ma’ruf ialah ia bersumpah untuk melawan hoaks dan fitnah yang selama ini merusak mental dan moral bangsa. Dalam kesempatan itu kiai Ma’ruf juga mengajak rakyat untuk memerangi hoaks dan fitnah.
Pada bagian akhir saya sangat apresiatif terhadap moderator Alfito Deannova dan Putri Ayuningtyas yang sudah mampu membawa irama debat cawapres ini begitu rileks dan tenang. Salam seruput kopi tubruknya bung…
LIHAT JUGA: Indocomm.blogspot.co.id
www.facebook.com/INDONESIAComment/
plus.google.com/+INDONESIAComment
@INDONESIAComment
@wawanku86931157
#INDONESIAComment
Deenwawan.photogallery.com
Foto: Istimewa
Sejujurnya, saya sebenarnya tidak tertarik untuk menyaksikan siaran langsung acara debat cawapres yang ditayangkan Televisi. Bagi saya tidak ada yang istimewa dalam debat cawapres.
Buat saya, persoalan penting dalam debat cawapres bukan terletak pada temanya (pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sosial dan budaya). Baik, kiai Ma’ruf maupun Sandi tidak akan mempunyai banyak waktu untuk menjabarkan tema-tema itu secara komprehensif karena keterbatasan waktu.
Mungkin rakyat juga tidak akan fokus pada tema debat. Justru, rakyat lebih butuh penjabaran sederhana tentang apa yang akan disampaikan kiai Ma’ruf dan Sandi, terutama menyangkut program yang berkaitan dengan soal kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Merangkul Keyakinan Publik
Kunci keunggulan debat ini ialah bagaimana seorang kiai Ma’ruf maupun Sandi mampu merangkul sekaligus meyakinkan umat muslim dan publik bahwa mereka benar-benar pro rakyat walaupun berbeda kubu dalam kontestasi pilpres 2019.
Saya juga penasaran ingin mengetahui sampai sejauh mana peran kiai Ma’ruf yang selama ini disimbolkan sebagai representasi muslim dan ulama dapat mengungkapkan secara tepat bahwa dirinya benar-benar mewakili umat muslim. Peran kiai Ma’ruf dalam debat ini tampaknya bertujuan untuk mendorong umat muslim agar lebih percaya kepada Jokowi. Jadi, adanya tudingan bahwa kiai Ma’ruf hanya sebagai pelengkap atau peredam konflik seputar SARA jelas salah besar.
Di sisi lain, Sandi Uno yang selama ini diklaim sebagai figurnya emak-emak dan kalangan milenial, kredibilitasnya juga dipertaruhkan dalam debat cawapres. Bila saja Sandi berhasil meyakinkan emak-emak dan kelompok milenial, maka elektabilitas Prabowo mungkin akan terdongkrak.
Berdasarkan sejumlah pertimbangan di atas, akhirnya saya mengambil keputusan untuk menonton acara debat cawapres. Dengan ditemani secangkir kopi pait, sebatang rokok kretek dan dua potong tempe mendoan, saya pun menikmati jalannya debat antara kiai Ma’ruf dan Sandi dengan rileks.
Sandi Tak Realistis
Dalam segmen visi-misi, kiai Ma’ruf sangat jelas mengungkapkan tiga program kartu sakti dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Sedangkan Sandi menegaskan bahwa Prabowo-Sandi akan menghapus program Ujian Nasional (UN) dan diganti dengan program penelusuran minat dan bakat siswa. Sandi juga yakin bahwa program OK OC secara nasional akan bisa membantu memperluas lapangan pekerjaan. Sayangnya, Sandi tidak menjelaskan secara teknis soal penghapusan UN dan penerapan program OK OC secara nasional. Sandi sangat tidak realistis.
Ketika memasuki segmen tanya-jawab panelis mengenai pendidikan dan kesehatan, kiai Ma’ruf menegaskan bahwa dana riset akan ditingkatkan dan Jokowi-Ma’ruf akan membentuk Badan Riset Nasional karena hasil riset akan sangat memajukan bangsa. Sementara itu Sandi menegaskan akan mensinergikan antara lembaga pendidikan dengan lembaga riset. Menurut Sandi antara lembaga riset dengan lembaga pendidikan tidak bersinergi. Sandi tidak menyebutkan dissinergitas antara lembaga pendidikan dan lembaga riset. Selebihnya kiai Ma’ruf tetap menjadikan BPJS sebagai program unggulan untuk mendukung kesehatan rakyat. Sedangkan Sandi hanya bisa mengemukan bahwa dirinya akan menyempurnakan BPJS yang selama ini dinilai pelaksanannya belum sempurna. Sampai di sini Sandi belum mempunyai program jangka panjang untuk kesehatan rakyat seperti program BPJS Jokowi.
Dalam segmen ketenagakerjaan dan sosial budaya, baik kiai Ma’ruf maupun Sandi sama-sama menekankan pentingnya skill atau keahlian tenaga kerja. Kiai Ma’ ruf menjelaskan bahwa pihaknya akan mengefektifkan Balai Latihan Kerja (BLK) serta membuat sertifikasi skill tenaga kerja dan memberi perlindungan TKI di luar negeri. Sedangkan Sandi telah merealisasikan rumah siap kerja yang bertujuan untuk link and match antara lembaga pendidikan dan lapangan kerja. Sandi sama sekali tidak menyentuh soal perlindungan TKI di luar negeri. Dalam segmen sosial budaya, Sandi cenderung melihat budaya dalam perspektif membuka lapangan kerja. Sedangkan Ma’ruf menegaskan akan memberikan dana abadi dan memperkuat Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dengan memprioritaskan kearifan lokal.
Kiai Ma’ruf Realistis
Soal lapangan kerja menurut Sandi UMKM belum mendapat keberpihakan dari pemerintah. Tenaga Asing menurut Sandi harus bisa berbahasa Indonesia. Di lain pihak, Menurut kiai Ma’ruf, tenaga asing hadir hanya untuk transfer teknologi yang belum dimiliki bangsa ini dan hanya untuk bidang-bidang tertentu. Dalam kesempatan itu Sandi juga menegaskan perlu ada peningkatan kesejahteraan guru yang dinilainya belum mendapat keadilan. Lagi-lagi Sandi tidak menjelaskan ketidakadilan bagaimana yang dialami para guru.
Sementara itu, kiai Maruf mengatakan untuk mengontrol 60 persen dana pendidikan dari pusat ke daerah, pemerintah telah membentuk badan pengawas yaitu Badan Neraca Pendidikan Daerah dan Data Pokok Pendidikan.
Kerancuan Sedekah Putih
Sandi menuturkan, program Indonesia emas bertujuan agar ibu-ibu bisa mendapatkan protein dan gizi yang cukup agar saat melahirkan bayinya terhindar dari stunting. Konsep Sedekah putih menurut Sandi yaitu menghimbau kepada masyarakat dan dunia usaha untuk berpartisipasi menyumbangkan susu. Namun, menurut kiai Ma’ruf justru stunting dapat dicegah saat seorang ibu mulai hamil. Untuk mencegah stunting, seorang ibu harus menyusui anaknya selama 2 tahun. Apabila susu diberikan setelah dua tahun, maka stunting dapat dihindari. Menurut kiai Ma’ruf program sedekah putih justru menimbulkan kerancuan pemahaman dari masyarakat.
Lawan Hoaks dan Fitnah
Dalam kata penutup debat, Sandi mengatakan lapangan kerja masih sangat sulit, emak-emak mengeluhkan biaya hidup. Prabowo-Sandi akan menyelesaikan masalah rakyat dengan program Indonesia menang yang adil dan makmur. Bhinneka Tunggal Ika harus terus dikumandangkan sebagai wujud toleransi. Prabowo-Sandi juga mengatakan bahwa hanya cukup dengan satu KTP yang telah memiliki chips teknologi, maka semua kebutuhan rakyat bisa terlayani dengan baik. Jadi Prabowo-Sandi tidak membutuhkan tiga kartu sakti seperti program Jokowi-Ma’ruf.
Sedangkan kiai Ma’ruf dalam ucapan penutupnya menegaskan dia bersama Jokowi akan melanjutkan program Jokowi-JK dengan melakukan berbagai perbaikan program berkelanjutan. Satu pernyataan menarik yang diucapkan kiai Ma’ruf ialah ia bersumpah untuk melawan hoaks dan fitnah yang selama ini merusak mental dan moral bangsa. Dalam kesempatan itu kiai Ma’ruf juga mengajak rakyat untuk memerangi hoaks dan fitnah.
Pada bagian akhir saya sangat apresiatif terhadap moderator Alfito Deannova dan Putri Ayuningtyas yang sudah mampu membawa irama debat cawapres ini begitu rileks dan tenang. Salam seruput kopi tubruknya bung…
LIHAT JUGA: Indocomm.blogspot.co.id
www.facebook.com/INDONESIAComment/
plus.google.com/+INDONESIAComment
@INDONESIAComment
@wawanku86931157
#INDONESIAComment
Deenwawan.photogallery.com
Foto: Istimewa
Comments
Post a Comment