Seorang jamaah bertanya kepada Ustadz Abdul Somad (UAS), “Apa sebabnya ustadz, kalau saya menengok salib, menggigil hati saya?". UAS menjawab, "Setan".
Jawaban itu dilanjutkan UAS dengan menyebut salib didiami jin kafir karena patung yang tergantung di situ, begitu juga dengan simbol + di mobil ambulan yang merupakan lambang kafir. Itulah sepenggal tanya-jawab antara UAS dan seorang jamaah yang memicu polemik sengit.
Jawaban konyol Ustadz Abdul Somad (UAS) dituding bisa memicu konflik antarumat beragama di Indonesia. UAS diduga kuat telah melakukan penistakan agama. Sejumlah elemen masyarakat, akhirnya melaporkan UAS ke pihak Polri. Untuk menghindari agar isu konflik berbau agama ini tidak melebar luas, Polri jangan diam dan harus bertindak cepat. Sedikitnya ada tiga syarat utama yang harus dipenuhi agar kasus ini mereda yaitu pertama, UAS harus mengklarifikasi dan minta maaf atas isi ceramahnya dihadapan publik. Kedua, Polri segera memeriksa dan mengamankan UAS untuk menghindari persekusi massa. Ketiga, semua kelompok ormas berbasis agama agar berusaha menahan diri untuk tidak melakukan aksi demo yang mungkin saja bisa memperkeruh suasana sehingga mengakibatkan kondisi keamaman dan kenyamanan sosial semakin tidak terkendali.
Seperti diberitakan sejumlah media sosial dan media massa, ceramah UAS dalam video yang sudah viral di media sosial, dinilai telah menistakan agama. Namun UAS membantah, dia merasa tidak bersalah atas ceramahnya. Menurutnya, ceramah itu disampaikan untuk kepentingan menjawab pertanyaan jamaah yang hadir dalam forum pengajian tentang patung dan kedudukan Nabi Isa AS. UAS mengatakan bahwa pengajian itu dilakukan tahun 2016 lalu di Masjid An-Nur, Pekanbaru. Dia juga secara tegas menolak meminta maaf kepada publik.
Benar atau tidaknya dugaan UAS melakukan penistaan agama, semestinya Polri segera menindaklanjuti insiden polemik bernuansa agama ini, bila kasus ini tidak diselesaikan dengan cepat, maka benih-benih perpecahan antarumat beragama bisa mencapai klimaksnya .
Adanya sejumlah elemen sosial yang melaporkan UAS ke kepolisian menjadi diskresi bagi Polri, apakah akan meneruskan proses hukumnya atau tidak? Namun, Polri wajib untuk melakukan penyelidikan secara mendalam terhadap UAS, terutama menyangkut motif ceramah UAS serta dampaknya terhadap kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Polisi harus berani menyelesaikan kasus ini secara terbuka dan profesional.
Citra Buruk
Sesungguhnya, ceramah UAS sudah masuk dalam kategori konsep pencitraan ilmu psikologi politik. UAS mencoba memasukan eleman agama dalam psikologi politik. Sebagai penceramah, UAS secara terbuka sudah mengarahkan ideologinya kepada publik agar massa tertarik untuk mengikuti cara berpikirnya. Dalam kasus ini, UAS sudah membangun citra buruk terhadap penganut agama non muslim. Di sisi lain, gambaran citra buruk terhadap penganut non muslim yang disampaikan UAS mungkin saja salah dan bertentangan dengan pemikiran penganut agama non muslim. Sudah dapat dipastikan bahwa ada perbedaan cara pandang antara UAS dengan penganut agama non muslim ketika melihat sebuah peristiwa, benda atau perilaku tertentu.
Manipulasi Ceramah
Selain memainkan perannya sebagai penceramah agama, UAS juga terkesan sedang melakukan propaganda agama dengan cara-cara sangat buruk yang bisa mengakibatkan perang antaragama. Meminjam pernyataan pakar komunikasi Harold Laswell, apa yang dilakukan UAS merupakan teknik untuk mempengaruhi cara berpikir manusia dengan memanipulasi representasinya. Dalam teori Laswell, propaganda agama yang dilakoni UAS bertujuan untuk mengontrol opini publik melalui simbol-simbol religius.
Bila ditinjau dari sudut pandang Jacques Ellul, seorang filsuf dan sosiolog asal negeri Perancis, UAS telah menciptakan partisipasi aktif maupun pasif kepada publik secara psikologis melalui ceramah yang telah dimanipulasi.
Name Calling merupakan teknik propaganda agama yang dilakukan UAS. UAS menjelek-jelekan simbol penganut agama non muslim dengan cara Name Calling. Padahal, kebenaran isi ceramah UAS masih wajib diuji lebih dalam. Pemberian label buruk terhadap simbol agama (salib) yang dilakukan UAS, kemungkinan besar ditujukan untuk menurunkan derajat penganut agama non muslim. Sebagai umat muslim saya kecewa dengan UAS. Sebagai muslim saya muak dengan UAS. Bagi saya, dia tak layak menjadi bahan referensi ilmu agama. Salam seruput kopi paitnya bro UAS….
LIHAT JUGA:
Indocomm.blogspot.co.id
www.facebook.com/INDONESIAComment/
plus.google.com/+INDONESIAComment
@INDONESIAComment
@INDONESIACommentofficial
@wawanku86931157
ICTV Youtube Channel
THE WAWAN KUSWANDI INSTITUTE
#INDONESIAComment
Deenwawan.photogallery.com
Foto: Ist
Yang pasti itu penistaan agama
ReplyDeleteTidak paham agama lain kok berkomentar konyol goblok
Polri usut tuntas, Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (sila pertama Pancasila)
BUKAN BERDASARKAN AGAMA
👺👺👺👺
Yah setan itu sndri siapa yah? Ya dirimu sndri.
ReplyDeleteKetuhanan yang maha esa artinya Tuhan itu hanya satu bukan banyak (ada yang bilang 3) itu saja sih
ReplyDelete