EPISODE 1
Memasuki hari kelima puasa Ramadhan 1438 H, tausyiah ustadz Rizik yang ditayangin salah satu TV swasta nasional semakin membosankan saja. Isi ceramahnya cuma ngomongin hawa nafsu, sholat sunnah dan tadarusan. Topiknya basi banget! Ustadz Rizik ngak tau, kalo umat muslim sudah semakin kritis dan cerdas. Mungkin, buat ustadz Rizik yang penting masuk TV, wajahnya tambah ngetop, namanya jadi sejajar dengan selebritis yang lagi panas digosipin selingkuh dan ujung-ujungnya amplop…plop...plop…
“Namanya juga cari duit, bro,” ujar Andre menanggapi gerutuanku.
“Ok nyari duit, tapi ganti dong topik ceramahnya dengan isu yang lagi hangat dan menarik, jangan ngomongin ibadah melulu, biar jamaahnya cerdas gicuu…,” sergahku sewot.
“Jadi, maunya elo gimana?”
“Ya… ngomongin… misalnya nih soal corona, pengangguran, pembunuhan, selingkuh, perang, korupsi atau ngomentarin teroris atau khilafah. Coba deh dikaitkan dengan agama pasti menarik,gitu lho. Jadi, orang yang nonton ngak bete karena ceramahnya sesuai dengan realitas sosial!” Jawabku taktis.
Obrolan santaiku dengan Andre terputus karena telepon selularku berdering. Lima belas menit Jelang bedug Maghrib, aku bergegas menyiapkan sajian buka puasa. Kolak pisang, teh manis dan beberapa potong tempe mendoan.
EPISODE 2
Seperti biasa, ustadz Rizik membuka kultum dengan tema ‘Berbuka Puasa’ . Rasa penasaranku bangkit lagi. Apa yang akan disampaikan ustadz ini. Aku berharap tausyiahnya menarik.
“Pemirsa…, kita wajib mensyukuri nikmat Allah SWT saat berbuka puasa. Mudah-mudahan selain mendapatkan pahala berlimpah kita juga akan mendapatkan kesehatan fisik dan rohani,” tutur ustadz Rizik
Aku terdiam sambil memandang gerak-gerik tubuh sang ustadz. Aku mencoba menebak, kalimat apa yang akan dilontarkan selanjutnya. Dalam hatiku berseloroh, paling-paling dia mau bilang sebelum menyantap hidangan berbuka puasa harus berdoa.
Belum lagi kalimat ustadz Rizik berlanjut, iklan rokok dan minuman suplemen instan muncul sekitar dua menit. Aneh bin ajaib iklan acara tausyiah puasa malah minuman suplemen dan rokok.
“Emang ngak ada iklan lain yang lebih cocok dengan acara itu. Kacau banget nih TV,” gumamku dalam hati
“Assalamualaikum.” Suara Andre dari pintu.
“Wa’alaikumsalam,” sahutku.
“Masuk bro. Sebentar lagi bedug nih. Eh… Dre ustadz Rizik lagi ceramah. nih. Gue mau tebak isi tausyiahnya,” ujarku. Andre diam saja.
“Coba aja elo liat pakaiannya. Ustadz Rizik tuh cocoknya jadi fotomodel atau vokalis grup band. Suara dan gerak-gerik badannya suka dibuat-buat kayak selebritis sinetron sabun.”
“Sebelum menyantap makanan saat berbuka, kita membaca doa dulu, setelah itu makanlah secukupnya jangan berlebihan… selamat berbuka puasa. Wassalam.” Tutup ustadz Rizik.
Aku dan Andre tertawa kecil karena tebakanku soal kalimat yang meluncur dari ustadz Rizik tepat dan ceramahnya berakhir jelang beberapa saat adzan maghrib tiba.
“Betulkan…? Gue bilang juga apa. Sebenarnya, apa yang diomongin sih tidak salah. Cuma… omongan kaya gitu sih pemirsa udah pada tahu kaleee.... (kaya iklan aja, anak kecil aja tahu). Guru ngaji, bokap & nyokap gue juga ngajarin kayak gitu. Kayaknya ustadz Rizik musti berguru lagi nih. Jangan dikira umat muslim bodoh dan pasif,” tandasku. Andre manggut-manggut.
“Gimana kalo kita telepon aja ke stasiun TV itu dan bilang ganti ustadz Rizik dengan ustadz lain,” kata Andre usai menyeruput teh manis hangat.
“Ngak usah, gue yakin yang kecewa sama ustadz Rizik bukan kita doang, pasti masih ada ribuan pemirsa lainnya. Lihat aja, perlahan tapi pasti, ustadz Rizik pasti ditinggalkan pemirsa,” kataku sambil menikmati tempe mendoan buatan ibu kost.
EPISODE 3
Empat hari sudah aku absen nonton tausyiah berbuka puasa di TV. Andre juga sudah empat hari tidak menyambangi tempat kost. Andre sudah mudik menemui orang tuanya di Bandung. Diam-diam ada rasa kangen ingin nonton ceramah ustad Rizik tiga hari sebelum malam takbiran.
“Seorang ustad berinisial RI tertangkap basah di sebuah diskotik di Jakarta Pusat dalam ‘Operasi Santun Ramadhan’ Mabes Polri. Ketika ditangkap ustadz RI sedang asyik mabuk dan berpelukan dengan dua pelacur ABG. Di lokasi kejadian ditemukan 10 butir pil ekstasi warna pink, dua botol minuman keras serta satu kotak kondom yang masih belum terpakai. Sampai berita ini diturunkan ustadz RI belum memberikan pernyataan apapun. Demikian Breaking News malam ini,” kata reporter TV yang meliput peristiwa itu.
Aku terbelalak melihat berita itu. Langkahku terhenti saat menyiapkan menu buka puasa. Rasa penasaranku memuncak. Aku cari berita itu di TV lain. “Astaghfirullah…. itu khan ustadz Rizik,” ucapku syok ketika kamera TV menyorot sisi samping wajah ustadz Rizik. Aku terdiam. Kalimat-kalimat dzikir meluncur dari mulutku secara beruntun.
Aku tak lagi tertarik menonton TV. Usai menunaikan sholat Isya, aku bergegas menuju surau kecil di kampung sebelah. Astaghfirullah ustadz Rizik....!!! Langit malam ini bergetar keras. [Jakarta, 02 Juli 2017]
Memang layak untuk jadi bahan renungan....semua agama baik, namun tidak semua penganut dan pelaku syiar agama berbuat baik....
ReplyDelete