Skip to main content

ANALISIS POLITIK: Sosok ‘Kuda Hitam’ Ini Siap Buat Kejutan Politik Di Pilpres 2024

Capres 2024
Sosok ‘Kuda Hitam’ Ini
Siap Buat Kejutan Politik
Di Pilpres 2024


ANALISIS POLITIK

Oleh: Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa
Founder THE WAWAN KUSWANDI FORUM
WA: 081289349614

Seperti sudah saya sampaikan dalam tulisan sebelumnya, nama Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto merupakan dua kandidat capres terkuat yang terus mendapat perhatian publik untuk pilpres 2024. Data info grafik sejumlah lembaga survei juga mengungkapkan bahwa Ganjar dan Prabowo, elektabilitasnya selalu menduduki posisi tertinggi. Keduanya bersaing ketat.

Mesin politik parpol Gerindra tentu tak mau menyia-nyiakan data info grafik yang dikeluarkan lembaga survei. Mereka langsung bergerak cepat merumuskan strategi politik untuk menerjunkan kembali Prabowo sebagai capres 2024, dengan catatan apabila Prabowo masih berminat jadi presiden RI. Namun, kalau Prabowo mengurungkan niatnya, maka Gerindra mau tak mau harus mencari calon lain yang elektabilitasnya setara dengan Ganjar.

Di sisi lain, saat ini PDIP mungkin sedang mempertimbangkan dua kadernya untuk capres 2024 yaitu Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Megawati sebagai Ketua Umum PDIP, belum bersuara sedikitpun untuk memilih antara Ganjar atau Puan. Namun, setidaknya PDIP sudah punya ‘tabungan’ dua nama yang siap diturunkan dalam pilpres 2024. Tapi, Itu semua tergantung dari elektabilitas berkelanjutan Ganjar maupun Puan di mata rakyat. Mungkin saja, keduanya bisa tampil sebagai pasangan (capres-cawapres). Lagi-lagi nasib politik Ganjar dan Puan berada di tangan Megawati.

Manuver Politik

Bagi Ganjar, bila dia ingin menjadi RI satu, maka sejak dini Gubernur Jawa Tengah ini perlu berhati-hati dalam melakukan manuver politik. Dia harus melakukannya dengan cara-cara elegan, terutama dalam ‘meluluhkan hati’ Megawati dan harus pandai melobi Puan Maharani (sebagai pesaingnya) serta sejumlah politisi senior PDIP.


Langkah politik lain yang mungkin bisa dilakukan Ganjar ialah dia harus sabar menunggu ‘pinangan’ koalisi parpol lain atau berani ‘membelot’ keluar dari PDIP, bila PDIP tidak mengusungnya dalam bursa capres 2024, beranikah Ganjar? Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas Golkar, PPP dan PAN, tampaknya masih menunggu ‘kode politik’ Ganjar, bila ditolak Megawati.

Bila Ganjar bergabung di kubu KIB, dia tidak mungkin mendapatkan posisi RI satu karena Ganjar bukan ketua umum dan kader parpol yang tergabung dalam KIB. Disisi lain, Ganjar sebagai kader PDIP wajib menjunjung tinggi etika politik PDIP yang perlu ditaati. Dengan kata lain, Ganjar harus menunggu keputusan politik PDIP dalam mengusung capres 2024. Apakah Ganjar akan didaulat menjadi RI satu atau dua, itu merupakan suara politik PDIP yang tidak bisa dibantah. Bahkan, kalau Ganjar tidak diusung pun, dia harus ikhlas sebagai wujud etika politik kader PDIP. 

Saat ini, mungkin saja mesin politik PDIP sedang melakukan pemantauan terhadap elektabilitas Ganjar dan Puan secara berkelanjutan, baik di sosial media maupun di akar rumput. Peluang Ganjar untuk menjadi RI satu, masih sangat berat, baik sebagai kader PDIP maupun dipinang koalisi parpol lain. Hal yang sama juga terjadi pada Puan. Dukungan netizen di sosial media, khususnya terhadap Ganjar tidak bisa dijadikan ukuran politik bahwa Ganjar bisa memenangkan pertarungan pilpres 2024.

Politisi Muka Lama 

Satu-satunya politisi muka lama yang berpeluang besar menyalip Ganjar Pranowo adalah Prabowo Subianto. Prabowo bisa sukses menumbangkan Ganjar, bila dia mendapat restu dari Jokowi dan mendapat dukungan penuh Megawati dengan catatan harus ada ‘perkawinan politik’ antara Gerindra dan PDIP.

Figur Prabowo berpotensi menguntungkan PDIP karena dia masih memiliki pengaruh besar di militer (sekarang posisinya Menhan RI) serta mempunyai jaringan bisnis yang kuat dengan pengusaha dalam negeri dan investor luar negeri. Artinya, dari sisi pertahanan dan keamanan negara, Prabowo masih punya suara di militer. Sedangkan dari sisi modal (finansial) politik, kekayaan Prabowo tak perlu diragukan lagi. Selain itu, mantan Danjen Kopassus ini juga pernah berhubungan ‘mesra’ dengan kelompok yang diduga kuat kelompok radikal dan intoleransi (dalam pilpres 2019). Jadi, bagi PDIP maupun Gerindra tak perlu lagi repot-repot meredam gerombolan ‘perongrong’ Pancasila dan NKRI. Bahkan, kalau perlu gerombolan itu disapu bersih. Pengalaman dan ‘kelebihan’ politik Prabowo ini, tentu saja tidak semua dimiliki Ganjar Pranowo. Ini menjadi poin penting bagi PDIP untuk mempertimbangkan sekaligus mendukung Prabowo masuk dalam capres 2024.

Sosok ‘Kuda Hitam’ Capres 2024

Jenderal Andika Perkasa

Setidaknya untuk sementara, ada tiga kandidat capres yang menjadi ‘kuda hitam’ dalam pilpres 2024. Mereka adalah Moeldoko, Andika Perkasa dan Anies Baswedan. Besar kemungkinan dua diantara mereka sudah siap membuat ‘kejutan politik’ dalam bursa capres 2024. Hasil Survel Litbang Kompas yang dilakukan terhadap 1200 responden dari 34 propinsi (survei tanggal 17-30 Januari 2022), menyebut nama panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa masuk dalam 10 besar pilihan responden (2 persen). Andika Perkasa mampu mengalahkan tokoh lain seperti Gatot Nurmantyo, Erick Thohir, Mahfud MD dan Puan Maharani. Survei yang dilakukan Litbang Kompas ini, secara langsung memberi sinyal bahwa Jenderal Andika Perkasa lebih potensial disukai rakyat dibandingkan 4 nama dibawahnya. Ini tentu akan menjadi perhatian serius bagi politisi parpol. (lihat tabel info grafik).

Hal yang sama juga terjadi dari hasil survei Indonesia Network Election Survey (INES) yang digelar tanggal 13-28 April 2022 yang melibatkan 1.888 responden. Hasil survei INES menyebutkan bahwa nama Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa (7,1 persen) masuk daftar lima besar tokoh dengan elektabilitas tertinggi dalam bursa capres 2024.

Jenderal Andika berhasil menyalip Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Polisi (Purn) Budi Gunawan (6,4 persen), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (5,7 persen), Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (5,2 persen), dan Ketua DPR/Ketua DPP PDIP Puan Maharani (3,7 persen). Andika Perkasa bisa jadi figur ‘kuda hitam’ yang tingkat keterpilihannya sangat tinggi. Dia juga bisa menjadi tokoh alternatif dalam pilpres 2024.

Jenderal (Purn) Moeldoko

Di sisi lain, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan (KSP), secara mengejutkan namanya juga masuk dalam 8 besar kandidat capres 2024 (nilainya 2,5 persen). Moeldoko mampu mengalahkan 6 nama lainnya yaitu Gatot Nurmantyo, Erick Thohir, Mahfud MD, Puan Maharani, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, La Nyalla Mattalitii. Survei ini dilakukan Lembaga Survei Nasional (LSN) tanggal 12-24 Februari 2022 dengan 1.537 responden (usia 17 tahun keatas) dari dari 34 provinsi. (lihat tabel info grafik).

Sebenarnya, dari hasil tiga lembaga survei ini, banyak analisis politik yang bisa saya ungkapkan. Namun, agar pembaca tidak jenuh, maka analisis politiknya saya sederhanakan dan ringkas saja. 

Saya hanya ingin mengatakan bahwa umumnya rakyat sudah bosan dengan politisi muka lama yang selama ini mungkin saja tidak memuaskan dan memenuhi harapan bangsa. Munculnya nama Andika Perkasa dan Moeldoko sebagai wajah baru dalam politik, setidaknya membuat penyegaran dan pembaruan politik nasional. Saya percaya rakyat sangat berharap wajah baru politik bisa membawa perubahan bagi bangsa dan negara dari ‘belenggu’ politisi muka lama yang sudah ‘basi’. Namun, tentu saja, baik Andika Perkasa maupun Moeldoko masih perlu bekerja ekstra keras serta menunjukkan karya politik untuk rakyat, sehingga parpol tertarik untuk mengusung mereka dalam bursa capres 2024. Peluang ini sangat mungkin terjadi, karena pilpres 2024 masih 2 tahun lagi. Dalam politik semua kemungkinan bisa jadi kenyataan.

Anies Baswedan

Nah... kalau soal Anies Baswedan agak rumit. Anies bukan kader parpol dan saat ini sedang menjabat Gubernur Jakarta. Anies masuk dalam kelompok politisi muka lama. Namun, dalam setiap hasil survei, nama Anies hampir selalu masuk dalam tiga besar kandidat capres dengan elektabilitas tinggi. Elektabilitas Anies tinggi, mungkin karena dia dianggap sebagai wakil sekelompok kecil penganut agama mayoritas di Indonesia. Bahkan ada istilah menyebutkan bahwa Anies Baswedan ‘Gubernur Rasa Presiden’. Istilah ini boleh-boleh saja, selama tidak melanggar Perundang-Undangan yang berlaku. Fakta yang terlihat selama ini, Anies memang mendapat perhatian dari sebagian kecil penganut agama mayoritas di Indonesia yang diwakili oleh sejumlah ormas yang diduga kuat mendapat dukungan dari gerombolan politisi 'hitam' yang seringkali mengatasnamakan agama dalam gerakan mereka.


Terlepas dari tindak-tanduk Anies yang kontroversial dalam memimpin DKI Jakarta dan pendukunganya yang dikenal fanatik, Anies bisa muncul sebagai ‘kuda hitam’ yang akan membuat heboh pilpres 2024. Toh, seburuk apapun cap masyarakat terhadap Anies, faktanya Gubernur Jakarta ini mempunyai pendukung yang tidak bisa dianggap remeh. Sekali lagi saya ingin mengingatkan bahwa dalam pertarungan politik tingkat tinggi seperti pilpres 2024, semua bisa terjadi.

Saya yakin dan percaya, ada sejumlah parpol yang siap menjagokan Anies masuk bursa capres 2024 hanya karena besarnya ‘syahwat politik’ mereka untuk berkuasa. Tujuannya tidak lain, bila Anies berhasil memenangkan pilpres 2024, maka Anies diprediksi akan memainkan peran sebagai ‘presiden boneka’ dari parpol pengusung yang mungkin lebih mengedepankan kekuasaan ketimbang memikirkan kepentingan rakyat.

Parpol dan Rakyat

Untuk mengusung seorang capres dalam pilpres 2024 memang tidak mudah. Undang-Undang No. 7/2017 Tentang Pemilu (UU Pemilu) menyebutkan bahwa syarat presidential threshold harus memenuhi angka 20 persen. Syarat ini memang cukup berat bagi parpol yang ingin mengusung pasangan capres. Namun, UU ini memiliki manfaat politik yang ideal, salah satunya ialah dalam sistem presidensial, presiden dan wakil presiden yang dipilih rakyat secara langsung akan memiliki kedudukan yang sangat kuat dan tidak mudah diberhentikan oleh alasan politik tertentu.

Saat ini, ada tiga parpol yang memiliki suara terbanyak di lembaga legislatif yaitu PDIP (19,33 persen/128 kursi), Partai Golkar (12,31 persen/85 kursi) disusul Gerindra (12,57 persen/75 kursi). Ketiga parpol ini berpotensi untuk melakukan koalisi untuk mengusung capres. Begitu juga dengan 6 parpol lainnya yang ada di DPR Pusat. Mereka juga punya kesempatan yang sama untuk melakukan koalisi, seperti KIB yang digagas Golkar, PPP dan PAN. Namun, dalam perspektif koalisi antar parpol, tak bisa dipungkiri akan banyak terjadi friksi diantara anggota parpol koalisi saat mengusung pasangan capres-cawapres, karena masing-masing parpol punya kepentingan dan visi politik yang berbeda atau mungkin bisa juga sama.

Saya sangat tertarik untuk menganalisis para pemilih yang akan ikut pilpres 2024. Berdasarkan data Worldpopulationreview, Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia pada tahun 2021, yakni sebanyak 231 juta jiwa. Di urutan kedua, Pakistan sebanyak 212,3 juta jiwa dan di posisi ketiga India mencapai 200 juta jiwa.

Sedangkan menurut Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk Indonesia 272,23 juta jiwa (Juni 2021). Sebanyak 236,53 juta jiwa (86,88 persen) memeluk agama Islam. Provinsi dengan penduduk muslim terbesar Jawa Barat, sebanyak 46,3 juta jiwa atau 97,29 persen. Kemudian, Jawa Timur 39,85 juta jiwa atau 97,21 persen, Jawa Tengah mencapai 36,21 juta jiwa atau 97,26 persen. Terdapat 30 provinsi yang mayoritas penduduknya beragama Islam atau lebih dari 50 persen penduduknya adalah muslim. Hanya di 4 provinsi, Islam menjadi agama minoritas atau di bawah 50 persen.

Berdasarkan data diatas, suara umat muslim jelas sangat potensial bagi parpol untuk memenangkan pilpres 2024. Pasangan capres-cawapres 2024 yang diusung parpol, kemungkinan besar masih akan melakukan strategi mempolitisasi agama dalam kampanyenya dengan tujuan untuk menarik suara umat muslim. Politisasi agama boleh-boleh saja dilakukan, asal dengan cara-cara damai, tidak hoax, tidak melakukan fitnah, tidak menebar ujaran kebencian, tidak mengadu domba, tidak membunuh karakter pasangan capres-cawapres maupun parpol dengan mengatasnamakan agama dan masih banyak lagi cara-cara politisasi agama yang tidak bermoral.

Politisasi agama sah-sah saja diterapkan pasangan capres dan parpol pengusung dalam kampanye pilpres 2024 mendatang. Namun, kampanye politisasi agama itu wajib menjaga kedamaian sosial, kenyamanan lingkungan, keamanan nasional serta memperkokoh dan menjaga tolerasi antar SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan) dengan cara-cara beradab, menjunjung tinggi etika politik dalam kerangka NKRI dan Pancasila sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara. Mampukah capres dan parpol pengusung menerapkan politisasi agama yang baik dan benar dalam kampanyenya? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Bagi pasangan capres dan parpol pengusung yang mampu merangkul umat muslim, terutama Pulau Jawa serta berani menerapkan politisasi agama dengan baik dan benar, maka mereka berpeluang besar memenangkan kontestasi pilpres 2024.

Di sisi lain, faktor usia pemilih dalam pilpres 2024 juga menjadi variabel penting. Data dari www.goodnewsfromindonesia.id tahun 2021 menyebutkan bahwa usia masyarakat Indonesia terdiri dari generasi GEN X sebanyak 25,88 persen (usia 40-45 tahun), GEN Z mencapai 27,94 persen (usia 8-23 tahun), Milenial 25,87 persen (usia 24-39 tahun) dan Baby Boomer berjumlah 11,56 persen (usia 56-74 tahun). Bila dihitung secara keseluruhan, maka jumlahnya mencapai kurang lebih 91,25 persen.

Ada tiga Generasi potensial yang bisa menyumbangkan suara signifikan dalam pilpres 2024 yaitu GEN X, GEN Z dan Milenial. Meraih suara politik dari tiga generasi ini merupakan ‘pekerjaan rumah’ terbesar bagi mesin politik parpol. Untuk itu, setiap pasangan capres maupun parpol pengusung perlu merumuskan strategi politik yang tepat untuk bisa menyedot suara tiga generasi diatas untuk memenangkan pilpres 2024.

Terlepas dari seluruh analisis yang sudah saya sebutkan diatas, masih ada faktor X yang tidak bisa saya telusuri karena itu berada dalam kuasa Tuhan. Faktor X inilah yang mungkin lebih menentukan, siapa presiden dan wakil presiden terpilih Indonesia tahun 2024. Kita tunggu saja...

ICTV: Begini Mukjizat Dahsyat Ziarah Makam



@ICTV: Subhanallah....Ini Manfaat Dahsyat Ziarah Makam. Menangis Tiada Henti Mohon AmpunanNya..














Comments

Popular posts from this blog

[Satire] Anies Baswedan Pilih Mundur atau Dipecat

Kalau terbukti ada kejahatan anggaran yang disengaja dan terindikasi korupsi, maka Anies Baswedan harus memilih mundur sebagai Gubernur DKI Jakarta dan menerima sanksi hukum atau dipecat secara tidak hormat. Usai sholat Jum’at (01/11/2019) kemarin, saya langsung meluncur ke kantor Kementerian Dalam Negeri untuk bertemu dengan Mendagri Tito Karnavian. Rabu sebelumnya, saya sudah membuat janji untuk interview Tito Karnavian seputar kasus dugaan kejahatan anggaran RAPBD DKI Jakarta 2020. Berikut petikan wawancara singkatnya. Indocomm : Apa pendapat bapak terkait skandal harga lem senilai Rp82,8 miliar yang masuk dalam RAPBD 2020 sementara Pemprov DKI Jakarta? Tito Karnavian : Saya sedang mempelajarinya secara serius. Saya telah melakukan kordinasi dengan Ketua DPRD DKI, Menteri Keuangan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta KPK, tujuannya agar kita memiliki satu persepsi yang sama, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat dan jelas, apakah benar ada kejahatan anggar

GERBANG MEDIA NASIONAL: Liputan Aktual Top News, Top Sports, Top Kuliner, Top Travel ...!!!

@IndonesiaCommentTV TOP BINGITS DAH, SALUUUTT...!!!  https://youtu.be/2Q3DIvbUPpE?si=jWfSGaQc21taOHtj

Bursa Pasar Taruhan, Timnas U23 Indonesia Versus Timnas U23 Guinea, Ini Angka Perbandingannya...!!!

https://youtube.com/shorts/zGgyMsoZKkk?si=0wDTw5dTZQZi6ogu