ANALISIS POLITIK
Lihat Tayangan Videonya di:
Beberapa waktu lalu, Jusuf Kalla atau JK bertemu dengan Anies Baswedan dan tiga petinggi partai politik yaitu AHY dari Demokrat, Ahmad Syaikhu dari PKS dan Surya Paloh dari NasDem. Pertemuan itu menjadi pemandangan politik yang sangat menarik untuk dianalisis. Kemungkinan ada dialog politik tingkat tinggi dalam pertemuan itu, terkait dengan pemilihan presiden (pilpres) 2024. Atas dasar pertemuan itulah, muncul rumors bahwa JK diduga kuat berperan mendorong Anies Baswedan menjadi calon presiden resmi NasDem. Benarkah ada JK dibalik Surya Paloh dan Anies Baswedan? Begini Analisisnya...
JK merupakan salah satu politisi senior. Dia dua kali menjadi wakil presiden dari dua presiden berbeda. Jabatan menteri pernah dirasakan JK, saat SBY sebagai presiden. Setiap manuver politik JK, pasti mendapat perhatian serius dari para elit politik. Bukan hanya sebagai politisi berpengalaman, JK juga memimpin dua lembaga besar yaitu Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI). JK pernah menjabat Ketua Umum Partai Golkar. Di Makassar, Sulawesi Selatan, JK adalah tokoh yang disegani. JK dikenal luas sebagai pengusaha papan atas dan pernah menjabat Ketua Umum Kadin. Hal yang sangat menarik dari JK ialah dia memiliki jaringan Internasional. Salah satunya seperti diberitakan media Kompas.com Agustus 2021 lalu, JK pernah mengundang kelompok Taliban dan Pemerintah Afganistan berkunjung ke Indonesia. Semua track record JK, jelas diperhitungkan para elit politik, apalagi ketika JK berada dalam pusaran politik yang sedang berlangsung.
Apabila benar, JK berada dibalik Anies Baswedan dan Surya Paloh, maka pencapresan Anies Baswedan oleh Nasdem, tentu berada dalam posisi yang sangat kuat, karena basis massa JK akan mendukung Anies Baswedan. Sedangkan Surya Paloh, selain sebagai Ketua Umum Nasdem, dia adalah pengusaha dan politisi serta pemilik metro TV. Mungkin saja, Metro TV akan menjadi corong propaganda politik Anies Baswedan.
Di sisi lain, para pendukung, simpatisan dan relawan Anies Baswedan yang militan, terutama dari kelompok ormas yang mengaku mewakili salah satu umat agama di Indonesia, dipastikan akan berjuang total mendukung Anies Baswedan.
Tiga kekuatan besar Anies Baswedan ini, tentu membuat sejumlah elit politik yang berseberangan dengan Nasdem, berpikir keras untuk menghadapi Anies Baswedan. Tampaknya ada aroma balas dendam politik di pilpres 2024 mendatang.
Duel Politik
Kalau berbicara duel politik secara personal, misalnya Anies Baswedan melawan Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto. Peluang Anies untuk menang sangat terbuka, karena berdasarkan hasil survei, posisi elektabilitas Anies bersaing ketat masuk dalam urutan tiga besar bersama Ganjar dan Prabowo.
Seandainya Puan Maharani melawan Anies Baswedan, kemungkinan besar Puan akan tumbang, karena secara elektabilitas, Anies jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Puan yang berada di peringkat bawah.
Posisi Anies Baswedan akan semakin kokoh, bila mesin politik Nasdem dan Jusuf Kalla serta relawan Anies mulai bergerak cepat mempromosikan Anies Baswedan ke publik.
Lantas Pertanyaannya, Bagaimana cara mengimbangi kekuatan Anies Baswedan dalam pilpres 2024 mendatang? Kemungkinannya hanya ada satu cara yaitu melakukan strategi memecah suara pemilih. Maksudnya ialah dalam pilpres 2024 mendatang harus ada tiga pasangan capres dan cawapres untuk melawan pasangan Anies Baswedan (jika ditotal, maka ada 4 pasangan capres dan cawapres).
Partai politik yang mempunyai kemampuan melakukan strategi memecah suara pemilih ialah PDIP, Gerindra dan Golkar. Soal menentukan siapa capres dan cawapres dari tiga pasangan tersebut, itu menjadi strategi partai politik yang mengusungnya. Bila, empat pasangan capres dan cawapres ini terwujud, maka duel politik nasional akan sengit dalam pilpres 2024.
Siapapun presiden dan wakil presiden terpilih tahun 2024 nanti, rakyat sangat berharap agar pemimpin bangsa ini, tetap berpegang teguh kepada NKRI dan Pancasila.(wawan kuswandi/redIC)
Comments
Post a Comment