Alkisah di negeri Ragunan yang damai, kawanan sembilan naga sedang uring-uringan karena sebagian besar daerah kekuasaannya diobok-obok sang babi. Sebenarnya, status biologis sang babi ini masih satu keturunan dengan nenek moyang sembilan naga. Dalam kehidupan sehari-hari, kawanan sembilan naga suka main api. Sedangkan, sang babi lebih suka main air. Sembilan naga hobi melanggar aturan dan curang. Sedangkan sang babi selalu tertib hukum dan jujur. Melihat semakin terancam posisinya, sembilan naga mulai mencari-cari dukungan untuk melawan sang babi. Keledai dungu yang sudah lama mengamati kepusingan sembilan naga, langsung menawarkan diri kepada kawanan sembilan naga untuk melawan sang babi. Agar tawarannya diterima sembilan naga, keledai dungu menyamar menjadi gerombolan onta untuk menutupi kebodohannya. Ketika melobi kawanan sembilan naga, Keledai dungu mengaku bahwa dirinya sangat kuat dan hebat karena mendapat dukungan dari sang sapi yang pernah menjadi raja preman di negeri Ragunan. Akhirnya, sembilan naga setuju dan mulailah mereka berkomplot melakukan perlawanan sengit terhadap sang babi.
Sang babi mulai kewalahan dikeroyok kawanan sembilan naga, gerombolan onta palsu dan sang sapi yang bersahabat dengan sang kuda. Sang babi mulai letih. Padahal, dalam duel maut itu, sang babi sudah mengeluarkan berbagai jurus sakti mandraguna, karena lawannya terlalu banyak, akhirnya sang babi lelah juga, tetapi ogah untuk menyerah. Melihat pertarungan yang tidak seimbang, kera putih yang menjadi pemimpin negeri Ragunan tak tinggal diam. Sesungguhnya, kera putih sudah lama ingin menghajar sembilan naga, kelompok keledai dungu dan pasukan sang sapi, namun momennya belum pas. Selama ini, kera putih sudah tahu, kalau negeri Ragunan selalu dibuat kacau-balau oleh mereka. Kolaborasi jahat sembilan naga, keledai dungu dan sang sapi sudah sangat meresahkan rakyat negeri Ragunan. Dalam menghadapi mereka, kera putih mengerahkan pasukan elitnya untuk berperang. Melihat ada dukungan spontan dari kera putih dan seluruh penghuni negeri Ragunan, semangat sang babi bangkit lagi untuk melakukan perlawanan, tetapi dengan cara yang lemah lembut, namun mematikan seperti yang dilakukan kera putih dan pasukan elitnya.
Perkelahian berdarah ini berlangsung berbulan-bulan dan banyak memakan korban jiwa, harta dan benda. Seluruh penghuni negeri Ragunan pun ikut berjuang membantu kera putih dan sang babi melawan gerombolan sembilan naga dan onta palsu Cs. Perlahan tetapi pasti, satu per satu penyamaran keledai dungu terbongkar dan mereka berhasil ditangkap dan dihukum mati. Begitu juga kawanan sembilan naga, usaha mereka mulai surut. Kekuatan serta kekuasaan kawanan sembilan naga semakin menipis. Perlawanan sang sapi juga mulai goyah karena para pendukungnya sudah banyak yang diringkus dan menyerah. Sang sapi pun bersiap-siap untuk menyerah, tapi masih gengsi. Sang sapi menyadari, kalau dia menyerah kalah, risikonya semua keluarga sang sapi akan dibabat habis oleh pasukan elit kera putih. Gerombolan onta palsu Cs dan sang sapi sangat takut dengan kehebatan pasukan elit kera putih yang selalu setia kepada negeri Ragunan. Pasukan elit kera putih juga siap berjihad dengan siapapun untuk membela rakyat dan bangsa negeri Ragunan. Perjuangan sang babi dalam memberantas kejahatan tidak sia-sia. Antara kera putih dan sang babi memang mempunyai tujuan hidup yang sama yaitu menjaga rakyat dan bangsa negeri Ragunan agar aman, nyaman, sejahtera dan terhindar dari kejahatan. Tuhan telah mempertemukan keduanya untuk menyelamatkan negeri Ragunan yang hampir saja terancam hancur. Berkat perjuangan kera putih, sang babi, pasukan elit serta seluruh rakyat, negeri Ragunan berangsur-angsur kembali tenang dan damai [tamat].
www.facebook.com/INDONESIAComment/
plus.google.com/+INDONESIAComment
Indocomm.blogspot.com
#INDONESIAComment
Deenwawan.photogallery.com
Comments
Post a Comment