(foto: zeenews.india.com) |
Grup-grup yang diikuti para pelaku adalah Akademi Tempur MCA, Pojok MCA, The United MCA, The Legend MCA, Muslim Coming, MCA News Legend, Special Force MCA, Srikandi Muslim Cyber dan Muslim Sniper. [https://nasional.tempo.co/read/1064840/ciduk-4-anggota-the-family-mca-polri-kejar-pelaku-lain]
Isu-isu provokatif yang disebar pelaku melalui grup WA itu, antara lain soal kebangkitan Partai Komunis Indonesia, penculikan ulama, pencemaran nama baik presiden, pemerintah, hingga tokoh-tokoh agama tertentu. Para Tersangka dijerat dengan dugaan menyebar ujaran kebencian kepada orang lain berdasarkan diskriminasi SARA.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Kepolisian RI Brigadir Jenderal Mohammad Iqbal, karakteristik kelompok Family MCA hampir mirip dengan kelompok Saracen yang ditangkap tahun 2017 lalu.
Isu-isu provokatif yang disebar pelaku melalui grup WA itu, antara lain soal kebangkitan Partai Komunis Indonesia, penculikan ulama, pencemaran nama baik presiden, pemerintah, hingga tokoh-tokoh agama tertentu. Para Tersangka dijerat dengan dugaan menyebar ujaran kebencian kepada orang lain berdasarkan diskriminasi SARA.
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Kepolisian RI Brigadir Jenderal Mohammad Iqbal, karakteristik kelompok Family MCA hampir mirip dengan kelompok Saracen yang ditangkap tahun 2017 lalu.
Jelang pilpres 2019 mendatang, penyebaran fitnah dan berita-berita hoax memang semakin merajalela di jagat sosial media. Penyebaran fitnah dan hoax ini, dilakukan secara massal oleh kelompok-kelompok tertentu, seperti Family MCA dan Saracen. Tanpa disadari, sejumlah masyarakat mulai terjebak dan masuk dalam pusaran fitnah dan mempercayai berita-berita hoax.
Umumnya, para pelaku penyebar fitnah dan hoax ini, selalu mengaku-ngaku membela dan mengatasnamakan agama. Fitnah dan hoax yang mereka lakukan, biasanya dalam bentuk editan berita, foto dan video.
Apa jadinya jika sejumlah politisi, kelompok radikal, kaum agamawan dan rakyat ikut menyebarkan fitnah dan hoax? Kemungkinan besar bangsa ini akan hancur dalam bentuk perang saudara. Ini jelas sangat berbahaya.
Dibalik fitnah dan hoax
Salah satu penyebab utama munculnya fitnah dan hoax di sosial media ialah rasa frustasi yang dialami seseorang atau sekelompok massa tertentu. Sejumlah pakar IT, kaum akademisi dan agamawan sangat mengkhawatirkan bahaya fitnah dan hoax di sosial media. Terlebih lagi, bila fitnah dan hoax itu digunakan untuk kepentingan yang bersifat politis maupun keagamaan, seperti kasus Family MCA dan Saracen.
Secara definitif hoax merupakan aktivitas penipuan yang dilakukan secara rutin oleh seseorang atau sekelompok massa tertentu dengan cara menyebarkan berita palsu. Kata hoax, muncul pertama kali di kalangan netter Amerika Serikat dari sebuah judul film yaitu The Hoax. Film ini dinilai banyak mengandung kebohongan sehingga para netter menggunakan istilah hoax untuk menggambarkan suatu kebohongan.
Menyangkut fitnah, Allah SWT berfirman dalam surah Ali ‘Imran ayat 7, “Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal"
Lantas, bagaimana cara bangsa ini menghadapi fitnah dan hoax? Gampang saja, baca, dengar dan lihat secara teliti tentang info, foto, video serta berita yang beredar di sosial media. Setelah itu, cari sumber berita aslinya yang kredibel. Kemudian, lakukan cek dan ricek ke sejumlah narasumber lainnya untuk memperoleh kebenaran atas info, foto, video dan berita yang beredar. Selamat tinggal fitnah dan hoax.
Umumnya, para pelaku penyebar fitnah dan hoax ini, selalu mengaku-ngaku membela dan mengatasnamakan agama. Fitnah dan hoax yang mereka lakukan, biasanya dalam bentuk editan berita, foto dan video.
Apa jadinya jika sejumlah politisi, kelompok radikal, kaum agamawan dan rakyat ikut menyebarkan fitnah dan hoax? Kemungkinan besar bangsa ini akan hancur dalam bentuk perang saudara. Ini jelas sangat berbahaya.
Dibalik fitnah dan hoax
Salah satu penyebab utama munculnya fitnah dan hoax di sosial media ialah rasa frustasi yang dialami seseorang atau sekelompok massa tertentu. Sejumlah pakar IT, kaum akademisi dan agamawan sangat mengkhawatirkan bahaya fitnah dan hoax di sosial media. Terlebih lagi, bila fitnah dan hoax itu digunakan untuk kepentingan yang bersifat politis maupun keagamaan, seperti kasus Family MCA dan Saracen.
Secara definitif hoax merupakan aktivitas penipuan yang dilakukan secara rutin oleh seseorang atau sekelompok massa tertentu dengan cara menyebarkan berita palsu. Kata hoax, muncul pertama kali di kalangan netter Amerika Serikat dari sebuah judul film yaitu The Hoax. Film ini dinilai banyak mengandung kebohongan sehingga para netter menggunakan istilah hoax untuk menggambarkan suatu kebohongan.
Menyangkut fitnah, Allah SWT berfirman dalam surah Ali ‘Imran ayat 7, “Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal"
Lantas, bagaimana cara bangsa ini menghadapi fitnah dan hoax? Gampang saja, baca, dengar dan lihat secara teliti tentang info, foto, video serta berita yang beredar di sosial media. Setelah itu, cari sumber berita aslinya yang kredibel. Kemudian, lakukan cek dan ricek ke sejumlah narasumber lainnya untuk memperoleh kebenaran atas info, foto, video dan berita yang beredar. Selamat tinggal fitnah dan hoax.
Salam sruput teh tubruk bro...[ Wawan Kuswandi ]
Comments
Post a Comment