Ngabuburit atau menunggu waktu saat berbuka puasa Ramadhan hanya dikenal di Indonesia. Ngabuburit berasal dari bahasa Sunda yang artinya waktu sore hari menjelang adzan Maghrib.
Apakah ngabuburit mengandung nilai ibadah dan perlukah ngabuburit? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Semua tergantung dari bagaimana umat muslim melakukan ngabuburit ketika menanti waktu berbuka puasa.
Saat-saat menjelang berbuka puasa merupakan waktu paling istimewa bagi umat muslim yang sedang menunaikan ibadah puasa, baik puasa sunnah maupun wajib (Ramadhan). Mengapa istimewa?
Pertama, umat muslim hampir mencapai puncak puasa fisik (dari pagi hingga memasuki malam hari).
Kedua, umat muslim mempunyai waktu terbaik untuk berdo’a usai sholat Ashar, khususnya pada hari Jum’at (hadits Abdullah bin Salam). Keberkahan lain saat berbuka ialah dikabulkannya do’a orang yang berpuasa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Ada tiga do’a yang tidak tertolak. Do’anya orang yang berpuasa ketika berbuka, do’anya pemimpin yang adil dan do’anya orang yang terzhalimi” (HR Tirmidzi 2528, dishahihkan Al Albani). Usai berbuka, umat muslim juga masih bisa berdo’a kepada Allah SWT, memohon ridhoNya atas puasa yang telah ditunaikan.
Ketiga, umat muslim mempunyai kesempatan bersedekah kepada fakir miskin dan anak-anak yatim piatu dengan cara memberikan makanan dan minuman pembuka puasa.
Keempat, umat muslim bisa merefleksi diri atas perjalanan ibadahnya (dari pagi sampai malam), saat berpuasa.
Kelima, ngabuburit dapat dilakukan dengan cara mendengarkan ceramah agama, berzikir dan membaca Al-Qur’an. Dalam konteks lima poin di atas, ngabuburit jelas mengandung nilai ibadah dan perlu.
Lantas, bagaimana dengan ngabuburit yang tidak bernilai ibadah? Jawabannya sangat mudah yaitu:
Pertama, umat muslim tidak menyegera saat tiba waktu berbuka karena berada di jalan untuk berburu kuliner.
Kedua, umat muslim berjalan-jalan menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan modern atau pasar tradisional.
Ketiga, ngobrol bersama teman-teman, baik secara langsung maupun melalui media sosial yang mungkin bisa mencemarkan ibadah puasa.
Keempat, umat muslim yang dalam melakukan ngabuburitnya mengganggu kenyamanan orang lain. Misalnya, main petasan atau balapan motor liar di jalanan.
Kelima, menonton acara televisi yang hanya bersifat hiburan semata, tanpa ada manfaatnya untuk ibadah puasa, termasuk perbuatan yang mungkin bisa mencemarkan ibadah puasa.
Rasulullah SAW bersabda, ”Betapa banyak orang yang berpuasa, namun mereka (hanya) mendapatkan lapar dan dahaga” (HR Ahmad).
Islam tidak mengenal ngabuburit. Kalaupun aktivitas ngabuburit masih berlangsung hingga hari ini, itu hanya bentuk kebudayaan Indonesia. Sekarang, mana yang Anda pilih, melakukan ngabuburit yang mengandung nilai ibadah atau tidak? Wassalam...
Selamat berbuka puasa bro...[ Wawan Kuswandi ]
LIHAT JUGA:
@wawan_kuswandi
Comments
Post a Comment