EPISODE 1
Tuan Saparjo. Namanya cukup terkenal dan beken bagi sebagian anak muda Kampung Dukuh daerah pinggiran Kota Cirebon. Tapi, bagi sebagian para tetua kampung, Tuan Saparjo justru biasa aja, tidak ada yang istimewa. Soalnya para tetua tahu history hidup Tuan Saparjo yang seorang pendatang dari daerah lain.
“Dia bukan orang asli sini,” ungkap pak tua Sarif kepadaku saat ngobrol santai di saung bambu sore hari.
“Sepertinya dia pejabat ya pak,” tanyaku sedikit menyelidik.
“Bukan…..,” pak Syarif menghentikan omongannya dan mengisap rokok kreteknya.
“Kekayaan yang dimilikinya hasil dari undian berhadiah di televisi,” jawabnya.
“Oh….gitu, tapi Kenapa pak, ada beberapa orang kampung sini menyebut tuan Saparjo itu dengan pangilan mas Bejo. Kata mereka bejo itu singkatan dari kata Bekas Jongos,” ungkapku keceplosan. Pak Tua Syarif terlihat sedikit kaget dengan omonganku. Raut wajahnya berusaha ditampakkan biasa aja. Terlihat sedikit senyum dimulutnya. Pak tua Syarif diam sejenak, seolah-olah dia berpikir untuk mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaanku yang keceplosan. Sesekali dia melihat sekelilingnya dan tampak hati-hati dalam berbicara.
“Begini ceritanya nak Iwan,” Pak tua Syarif menghela nafas dan dengan suara pelan dia mulai bercerita. Menurut penuturan pak Syarif satu tahun yang lalu, Saparjo datang ke Kampung Dukuh mengontrak rumah bersama istri dan satu orang anaknya . Sehari-harinya Saparjo hidup menjadi pedagang perabotan rumah tangga dengan cara kredit. Pergaulannya dengan tetangga juga baik. Istrinya juga sering ‘nongkrong’ dengan ibu-ibu pada sore hari hanya untuk obral-obrol yang nggak jelas juntrungannya. Anaknya Suryo yang masih duduk di TK B juga kerapkali bermain ‘sepeda-sepedaan’ bersama anak-anak seusianya.
bersambung.....
Comments
Post a Comment