[ TULISAN INI ADALAH OPINI PRIBADI ]
Di lingkungan sekitar tempat orang tua saya tinggal, mayoritas warganya muslim. Sayangnya, sikap dan kelakuan mereka tidak mencerminkan seorang muslim. Mereka tidak saling menghormati antarsesama umat beragama, suku, ras dan antar golongan alias SARA. Mereka menilai, perbedaan SARA merupakan ‘musuh bersama’. Fenomena ketelak agama sedang terjadi di negeri ini. Saya yang sejak kecil tinggal di sana, tidak syok dengan kelakuan keji mereka, karena memang di lingkungan itu, mereka belajar ilmu agamanya dari sejumlah ustadz sampah. Untungnya, saya tidak belajar agama di sana.
Kok ustadz sampah, maksudnya? Ustadz sampah memang ngak ada. Ustadz sampah hanya istilah yang saya buat sendiri karena merasa prihatin melihat sikap, tindakan, pernyataan dan ahlaq mereka yang jauh dari ajaran islam. Setahu saya, islam itu MENYEJUKKAN bukan MENYESATKAN. Bahkan, ajaran ustadz sampah nyaris mengikuti nafsu syetan. Jadi, apa dong ustadz sampah? Gampang kok untuk mengenali ustadz sampah. Kita hanya cukup mendengarkan ceramahnya saja. Ustadz sampah itu, suka banget mengkafirkan orang yang berbeda agama dan merasa diri paling benar. Saat ini, lagi banyak tuh ustadz sampah berseliweran saat aksi demo, bahkan ada yang mengisi program acara TV.
Ustadz sampah kalo lagi khotbah Jum’at atau ceramah di majelis taklim ibu-ibu dan anak-anak, isinya cuma menebar kebencian doang dan mengumbar janji surga serta sok tahu soal pahala dan dosa. Asal sobat tahu aja yaaa… surga, neraka, pahala dan dosa itu urusan Tuhan. Ustadz sampah juga angkuh kalo sudah jadi bintang iklan di media masa (televisi, radio dan internet). Padahal, urusan mereka itu, sebenarnya hanya berdakwah dan syiar islam, bukan mempromosikan produk. Saat ini, banyak juga ustadz sampah yang ngajarin jamaahnya rajin mengafal Al Qur’an. Sayangnya, ustadz sampah lalai mengingatkan dan mengajarkan jamaahnya untuk mengamalkan dan mempraktikkan isi Al Qur’an. Hasilnya, para jamaah hanya menjadikan bacaan Al Qur’an, seperti menghapal tangga lagu-lagu popular di radio. Para jamaah tidak pernah mengamalkannya.
Ustadz sampah juga banyak bertebaran di sekolah, mulai dari TK, SD, SMP, SMA dan kampus. Mereka mengajarkan agama islam dengan cara-cara menyimpang dan radikal. Akibatnya, banyak alumnusnya menjadi radikal. Ada juga ustadz sampah yang meminta jamaah untuk mengikuti caranya berpakaian dan memelihara jenggot. Efeknya, banyak jamaahnya yang masih bocah berduyun-duyun membeli obat penumbuh jenggot dan kumis serta memakai celana cingkrang.
Ada lagi nih yang aneh bin ajaib, biasanya ustadz sampah selalu menekankan kepada jamaahnya untuk rajin bershodaqoh. Tapi, sang ustadz sampah justru kikir alias pelit. Lucunya, kalau diminta ngasih tausyiah, ustadz sampah nuntut honornya tinggi. Kalau honornya kecil, mereka ngegerutu. Soal seks, ustadz sampah juga paling jempolan. Kalau ceramah, mereka selalu mengimbau kepada jamaahnya untuk setia kepada istrinya. Eh…diam-diam, dia berpoligami atau nikah siri dengan jamaahnya yang bahenol, tanpa izin istrinya. Jadi, bagi perempuan-perempuan cantik, hati-hati kalau ada ustadz sampah ceramah, biasanya dia suka melirik kaum hawa yang bening-bening.
Di Indonesia, ada beberapa kasus ustadz sampah yang mengklaim dirinya nabi dan menyelewengkan isi kandungan Al-Qur’an dan hadist. Akibatnya, muncul aliran-aliran sesat yang merusak ajaran islam dan kerukunan hidup antar umat beragama.
Sekarang ini, profesi ustadz sampah lagi ngetren di masyarakat. Ustadz sampah itu, bau busuknya lebih menyengat dari tumpukan sampah di Bantar Gebang, Bekasi. Uniknya, masyarakat banyak yang interes dengan ustadz sampah.
Pertanyaan akhirnya ialah masihkah kita mau belajar dan mendengarkan omongan ustadz sampah? Silahkan renungkan baik-baik, sambil ngopi brooo… (serius amat bacanya, hehehe…). Bau sampah itu, bikin mual. Sampah itu sumber penyakit. Jadi, kalau hidup kita mau sehat, harus banyak dengerin ustadz higienis. Nah lho, apa lagi tuh ustadz higienis? Udah ahh, ntar aja lanjutannya, dah ngantuk brooo…tidur dulu yah.[Wawan Kuswandi/30072017]
www.facebook.com/INDONESIAComment/ #INDONESIAComment
Deenwawan.photogallery.com
Comments
Post a Comment