Skip to main content

Dugaan Mahar Politik Sandiaga Uno, Sebuah Pengkhianatan Demokrasi?

Kalau memang benar dan terbukti bahwa Sandiaga Uno melakukan mahar politik, maka cawapres Prabowo Subianto ini bisa dicap sebagai seorang pengkhianat demokrasi. Rakyat hanya menjadi boneka politik. Negara dijadikan alat untuk meraih ambisi politik. Sungguh Tragis!

Tak akan pernah Anda temui pengakuan jujur dari seorang politisi. Tampaknya, berkata bohong sudah menjadi keharusan bagi seorang politisi. Seorang politisi akan dinilai cerdas, bila pandai membohongi publik dengan mengatasnamakan rakyat. Saya lebih suka menyebut politisi pembual sebagai politisi ‘tikus got’.

Sejumlah Politisi, baik yang duduk di kursi Senayan maupun bercokol di parpol, saat ini perilakunya nyaris mirip dengan gerak-gerik ‘tikus got’. Biasanya, kumpulan ‘tikus got’ gemar dengan lingkungan yang kotor, jorok dan menjijikkan. Bila ‘tikus got’ mati, baunya teramat menyengat dan sangat mengganggu pernapasan orang yang mengendusnya.

Sekarang ini, sebagian besar pola perilaku ‘tikus got’, telah ditiru oleh sejumlah politisi nasional. Salah satu contoh kasus perilaku politisi ‘tikus got’ yang saat ini sedang menjadi trending topic ialah soal dugaan adanya uang mahar atau dana kampanye yang dihembuskan Sandiaga Uno. Kasus ini benar-benar membetot perhatian masyarakat dan terus-menerus diekspos media massa dan dikecam sejumlah netizen di sosial media. Di tengah-tengah memanasnya isu itu, sejumlah politisi dari parpol Demokrat, PAN, PKS dan Gerindra, beramai-ramai melakukan klarifikasi bantahan dengan mengatakan bahwa tidak ada politik mahar atau dana kampanye yang digelontorkan Sandiaga Uno. Benarkah? 

Perintah Elit Parpol

Faktanya, Sandiaga Uno sudah mengakui bahwa uang satu triliun rupiah itu untuk PKS dan PAN sebagai dana kampanye pasangan capres dan cawapres Prabowo-Sandi. Tapi, uniknya, baik PKS maupun PAN menolak pengakuan Sandi dengan mengatakan bahwa sepeserpun mereka tidak menerima dana itu. Lebih parah lagi, Wasekjen Parpol Demokrat, Andi Arif secara gamblang membocorkan info itu ke publik atas perintah elit politik parpol Demokrat. Namun, sungguh disayangkan, lagi-lagi para elit politik parpol Demokrat membantah testimoni Andi Arif. Rakyat dibuat geram oleh drama kebohongan politik sejumlah politisi ‘tikus got’ ini. Di sisi lain Bawaslu masih diam atau mungkin saja takut untuk menelusuri dugaan dana kampanye yang dilakukan oleh beberapa elit politik tingkat tinggi ini. Lantas, dimana posisi Bawaslu?

Apapun namanya, (entah uang mahar atau dana kampanye) kalau sudah menyangkut politik transaksional yang berujung duit miliaran, maka ini jelas telah terindikasi melanggar hukum dan UU Pemilu. Bawaslu dan aparat hukum harus segera bertindak cepat untuk melakukan investigasi. Jika memang terbukti, maka sanksi hukum maupun administratif wajib segera dilayangkan terhadap pihak-pihak yang terlibat. Efek paling mengerikan dari drama politik transaksional ini ialah kehidupan berpolitik dan sistem demokrasi bangsa menjadi rusak dan hancur. Sejumlah politisi bermoral bejad dan bermental biadab yang masih berani melakoni politik transaksi harus segera ‘diamputasi’ hak-hak politiknya, bila terbukti bersalah. 

Rakyat Cerdas

Benarkah rakyat pasif dengan gerak-gerik politisi ‘tikus got’ yang melakukan politik transaksional? Salah besar, bila politisi ‘tikus got’ menilai rakyat pasif dan mudah dibohongi. Wahai para politisi ‘tikus got’, ketahuilah rakyat kini sudah cerdas dan paham betul dengan karakter sejumlah politisi, baik yang berkantor di Senayan atau yang duduk-duduk nyantai di kantor DPP parpol. Rakyat sangat tahu mana politisi yang jujur dan bersih dan mana politisi ‘tikus got’ yang jorok, kotor, menjijikkan, pembual dan korup.

Sebagai wakil rakyat, sudah seharusnya seorang politisi memiliki rasa malu dan tanggung jawab sosial yang tinggi kepada rakyat. Bukankah gaji yang mereka lahap berasal dari uang rakyat? Sadarkah mereka bahwa status mereka sebagai anggota DPR atau elit parpol merupakan perpanjangan tangan sekaligus penyuara aspirasi rakyat? Alangkah biadabnya, bila sejumlah politisi secara transparan membohongi konstituennya, bahkan melakukan pengkhianatan keji dengan melakukan praktik politik uang.

Dugaan kasus mahar politik Sandiaga Uno menjadi salah satu sinyal bagi rakyat untuk segera berbenah diri dalam menyikapi politisi ‘tikus got’ yang secara perlahan tetapi pasti, mulai menggerogoti kepercayaan publik.

Modal Politik

Dalam berbagai literatur politik, banyak disebutkan bahwa kekuasaan politik tidak bisa diperoleh dengan cara-cara gratis. Semua kekuasaan politik, mulai dari level bawah hingga level atas harus dibayar dengan sejumlah uang, harta benda atau bahkan wanita. Berprofesi sebagai aktor politik, bagi sebagian politisi, sama saja dengan melakukan perjudian. Ikut terlibat dalam pertaruhan judi politik menjadi salah satu metode yang paling efektif untuk meraih kekuasaan.

Tak ada yang istimewa dalam judi politik. Metodenya hampir sama dengan para penjudi kelas kakap di Las Vegas, Amerika Serikat. Politik butuh modal besar. Besarnya modal yang dikeluarkan oleh para politisi ditargetkan harus kembali utuh atau bahkan lebih besar ratusan kali lipat dari modal awal, bila mereka berhasil menggenggam jabatan politik. Dari sinilah rantai atau jaringan korupsi mulai mereka bangun untuk kepentingan pribadi. Buktinya, hingga saat ini masih ada saja pejabat negara dan anggota DPR yang terkena OTT KPK. 

Korupsi dan Judi politik merupakan dua hal yang berbeda. Namun, satu tujuan yaitu meraup keuntungan materi yang sebesar-besarnya, kalau perlu melebihi modal yang telah dikeluarkan. Umumnya, perilaku judi politik merupakan proses awal untuk menuju tindak pidana korupsi. Kalau politik judi terus-menerus dilakoni oleh sejumlah politisi nasional, maka bangsa ini jangan pernah berharap bahwa Indonesia akan bebas dari korupsi.

Di sisi berbeda, peran seorang politisi jujur dan bersih di DPR maupun di parpol, dari hari ke hari eksistensinya semakin memudar. Mereka kalah oleh manuver licik para politisi ‘tikus got’. Politisi jujur dan bersih kalah populer di mata publik, bahkan terkadang luput dari pantauan media massa karena tekanan rating berita. Ada sebuah perumpamaan istimewa yang pantas disematkan kepada politisi jujur dan bersih di republik ini yaitu, “Politisi jujur dan bersih, bagaikan seekor merpati yang tak pernah ingkar janji”. 

BACA JUGA:


LIHAT JUGA:


Selamat sruput teh tubruk bro…[ wawan Kuswandi ]

Comments

Popular posts from this blog

[Satire] Anies Baswedan Pilih Mundur atau Dipecat

Kalau terbukti ada kejahatan anggaran yang disengaja dan terindikasi korupsi, maka Anies Baswedan harus memilih mundur sebagai Gubernur DKI Jakarta dan menerima sanksi hukum atau dipecat secara tidak hormat. Usai sholat Jum’at (01/11/2019) kemarin, saya langsung meluncur ke kantor Kementerian Dalam Negeri untuk bertemu dengan Mendagri Tito Karnavian. Rabu sebelumnya, saya sudah membuat janji untuk interview Tito Karnavian seputar kasus dugaan kejahatan anggaran RAPBD DKI Jakarta 2020. Berikut petikan wawancara singkatnya. Indocomm : Apa pendapat bapak terkait skandal harga lem senilai Rp82,8 miliar yang masuk dalam RAPBD 2020 sementara Pemprov DKI Jakarta? Tito Karnavian : Saya sedang mempelajarinya secara serius. Saya telah melakukan kordinasi dengan Ketua DPRD DKI, Menteri Keuangan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta KPK, tujuannya agar kita memiliki satu persepsi yang sama, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat dan jelas, apakah benar ada kejahatan anggar

GERBANG MEDIA NASIONAL: Liputan Aktual Top News, Top Sports, Top Kuliner, Top Travel ...!!!

@IndonesiaCommentTV TOP BINGITS DAH, SALUUUTT...!!!  https://youtu.be/2Q3DIvbUPpE?si=jWfSGaQc21taOHtj

Bursa Pasar Taruhan, Timnas U23 Indonesia Versus Timnas U23 Guinea, Ini Angka Perbandingannya...!!!

https://youtube.com/shorts/zGgyMsoZKkk?si=0wDTw5dTZQZi6ogu