ANALISIS POLITIK
Sampai hari ini, hasil survei sejumlah lembaga survei independen mengungkapkan bahwa elektabilitas Ganjar Pranowo (PDIP) dan Prabowo Subianto (Gerindra) terus melesat tinggi. Keduanya bersaing ketat, disusul Anies Baswedan. Sosok Ganjar dan Prabowo serta Anies yang digadang-gadang sejumlah kalangan sebagai capres unggulan, dianalisis secara tajam oleh para pengamat politik, baik dalam acara talkshow di televisi, artikel di surat kabar maupun cuitan di sosial media.
Politisi lain yang juga masuk dalam hasil survei, tetapi peringkatnya masih kedodoran bahkan semakin tenggelam adalah Cak Imin, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, AHY, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno dan Erick Thohir.
Anies Baswedan yang namanya ramai disebut publik pendukungnya sebagai ‘gubernur rasa presiden’ masih bercokol di peringkat tiga hasil survei. Berdasarkan fakta dan data hasil survei, Prabowo, Ganjar dan Anies merupakan kandidat capres terkuat, walaupun belum diusung secara resmi oleh parpol. Bukan hal yang mustahil, jelang pilpres nanti, tiga nama diatas berpeluang menjadi presiden RI 2024.
Dilema Politik Ganjar dan Prabowo
Tingginya elektabilitas Ganjar dan Prabowo, tentu menjadi fokus perhatian bagi parpol Nasdem yang mengusung Anies Baswedan sebagai salah satu bakal capresnya. Parpol lain yang secara diam-diam menjagokan Anies dipastikan waspada, sambil menyiapkan manuver politik untuk memenangkan Anies di pilpres 2024.
Untuk mendepak posisi Ganjar atau Prabowo dari perhatian publik, bukan hal yang mudah bagi Anies. Parpol pengusung Ganjar maupun Prabowo pasti berusaha keras agar peringkat capresnya dalam hasil survei tetap bertahan sampai akhir dan memenangkan pertarungan pilpres. Dukungan rakyat, baik secara faktual maupun dunia maya (sosial media) terhadap Ganjar maupun Prabowo, pasti dipertahankan mesin parpol pengusung mereka masing-masing.
Tingginya elektabilitas capres dalam hasil survei, bukan jaminan mutlak atau harga mati bahwa kandidat capres (Ganjar, Anies atau Prabowo) memenangkan pilpres. Masih banyak variabel politik lain yang ikut menentukan dan menjadi bahan pertimbangan penting mesin politik parpol.
Sampai saat ini, parpol yang mengusung Ganjar dan Anies sebagai bakal capres hanya Nasdem (hasil Rakernas). Sedangkan Jenderal Andika perkasa dipasang sebagai bakal capres alternatif. Publik masih bertanya-tanya, parpol apa yang akan berkoalisi dengan Nasdem? Anies atau Ganjar yang menjadi capres final Nasdem? Mungkinkah keduanya dipasangkan sebagai capres-cawapres Nasdem? Kita tunggu saja yaaa...
Ganjar yang elektabilitasnya melesat dalam setiap hasil survei, belum diusung secara resmi oleh PDIP. Ketum PDIP Megawati, tampaknya tidak mau terburu-buru dan ada kesan Ganjar ‘terpasung’. Diduga kuat, ada friksi keras antar politisi senior di tubuh PDIP (antara pendukung Puan dan pro Ganjar).
Kemungkinan besar, PDIP juga membahas rencana koalisi dengan parpol lain sebagai upaya untuk menambah perolehan suara terhadap capres yang akan diusung (PDIP bisa mencalonkan capres tanpa koalisi, karena kursi mereka di DPR RI sudah melewati ambang batas presidential threshold sebesar 22,38 persen). Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyatakan bahwa PDIP tidak akan berkoalisi dengan PKS dan Demokrat (mungkin juga dengan Nasdem). Sedangkan dengan lima parpol lainnya (Golkar, PPP, PAN, Gerindra, PKB), PDIP masih membuka peluang koalisi.
Apabila PDIP berkoalisi dengan Gerindra, maka pilihan capresnya akan ada tiga yaitu Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo (bila diusung) dan Puan Maharani. Seperti diketahui, Gerindra tetap bertahan bahwa capresnya adalah Prabowo Subianto. Satu hal yang perlu dicermati, bila koalisi PDIP dan Gerindra terlaksana, maka peluang kedua parpol ini untuk menang di pilpres 2024 sangat besar (apalagi bila Golkar, PPP, PAN dan PKB ikut bergabung). Namun, ada satu syarat yang harus dipenuhi yaitu semua anggota koalisi harus bijak dalam menentukan siapa capres-cawapres yang akan diusung.
Di sisi lain, Prabowo mungkin belum merasa puas atas koalisinya dengan PKB (KIR) yang belum lama ini diumumkan ke publik. Menurut saya, PKB tidak akan mampu mendongkrak peraihan suara bagi Prabowo. Bahkan, justru bisa menurunkan elektabilitas Prabowo karena Cak Imin dipasang sebagai cawapres. Seperti sudah saya ungkapkan dalam tulisan sebelumnya, Cak Imin sudah tidak laku di pasaran politik alias ‘kartu mati’. Untuk itu, bukan tidak mungkin Prabowo akan melakukan ‘gerilya’ memburu parpol lain (selain PKB) untuk diajak berkoalisi. Parpol yang paling efektif bagi Prabowo untuk diajak berkoalisi adalah PDIP.
Siasat Politik Anies
Bagaimana siasat politik Anies Baswedan dalam mengantisipasi dinamika politik capres Ganjar dan Prabowo yang sedang hangat dibicarakan publik? Yang pasti Anies akan berusaha menggusur posisi Ganjar atau Prabowo di mata publik. Saat ini, mungkin Anies sedang ancang-ancang melakukan manuver politik dengan tujuan agar masyarakat mendukungnya menjadi presiden, sekaligus parpol (bukan hanya Nasdem) mengusungnya sebagai capres. Siasat politik Anies ini sangat menarik untuk dianalisis.
Anda tentu masih ingat kampanye ‘kotor’ politik identitas di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. Saat itu, disinyalir para pendukung Anies dari berbagai ormas keagamaan dan parpol pengusungnya memainkan politik identitas dengan mengatasnamakan agama mayoritas di Indonesia. Mereka berhasil menggiring penganut agama mayoritas di Jakarta memilih Anies Baswedan. Ketika itu, politik identitas dikemas dengan cara-cara licik, seperti menebar ujaran kebencian, hoax, fitnah dan pembunuhan karakter terhadap calon gubernur pesaing Anies Baswedan.
Seandainya Anies maupun pendukungnya kembali memainkan politik identitas dengan cara-cara 'kotor' di pilpres 2024, maka akibatnya akan sangat berbahaya karena taruhannya adalah persatuan dan kesatuan NKRI. Dampak politik identitas di pilpres 2024 mendatang akan lebih berbahaya dibanding politik identitas di pilkada 2017, karena politik identitas di pilpres 2024 bisa meluas ke seluruh lapisan sosial di Indonesia dan akan memunculkan anarkisme atas nama Agama, Suku, Ras dan Antar golongan (SARA). NKRI terancam pecah karena konflik horizontal.
Kalaupun Anies dan parpol pengusung serta massa pendukungnya mau memainkan politik identitas, maka harus politik identitas yang santun dan beradab, bermuatan toleransi, menjaga kedamaian sosial, memelihara kenyamanan dan keamanan publik, tidak menebar ujaran kebencian, fitnah dan hoax serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Mampukah Anies dan parpol pengusung serta pendukungnya menerapkan politik identitas yang menyejukan bangsa ini?
Perlu diketahui, sekarang ini masyarakat Indonesia sudah semakin cerdas dan tidak mudah terjebak oleh politik identitas, karena trauma di pilkada DKI 2017. Untuk mengantisipasi agar politik identitas 'kotor' ini tidak terulang kembali, maka Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) wajib memberlakukan aturan kampanye pilpres 2024 yang ketat dan tegas.
Manuver Politik Identitas
Saya menilai hingga saat ini, para capres yang muncul di lembaga survei maupun parpol yang ada, tidak secara tegas mendeklarasikan menolak politik identitas 'kotor'. Oleh karena itulah, kemungkinan besar politik identitas masih tetap bermain di pilpres 2024.
Nah, kalau politik identitas terjadi, dalam pandangan saya, Anies adalah capres yang akan memainkan politik identitas dengan tujuan memenangkan pilpres. Namun, model politik identitas mana yang akan dipilih Anies, apakah politik identitas 'kotor' atau politik identitas menyejukan? Lihat saja nanti jelang masa kampanye.
Siasat politik yang akan dilakukan Anies dalam rangka menerapkan politik identitas ialah kemungkinan besar dia akan agresif melakukan manuver politik ke kantong-kantong umat muslim seperti pengajian, majelis taklim ibu-ibu, masjid dan ormas-ormas yang berbasis agama, terutama yang ada di pulau Jawa. Anies juga akan mengeluarkan jurus mautnya yaitu 'merangkai narasi indah' beraroma agama dalam setiap kampanyenya. Mungkin saja dalam setiap narasinya, Anies akan mengutip sepotong atau dua potong ayat yang ada dalam kitab suci untuk menarik emosi umat muslim.
Prediksi saya, Anies akan tetap memainkan politik identitas gaya lama. Permainan politik identitas gaya lama Anies ini, tentu sudah diantisipasi parpol yang tidak mengusung Anies sebagai capres. Keputusan akhir berhasil atau tidaknya politik identitas yang dijalankan Anies, sepenuhnya berada di tangan rakyat sebagai pemilih. Kalau rakyat cerdas, maka politik identitas 'kotor' akan tenggelam. Tapi, kalau rakyat bodoh, maka politik identitas 'kotor' akan menang, NKRI dipastikan menjadi korban politik.
Kita semua berharap pertarungan pilpres 2024 tidak menyulut polarisasi bangsa, tapi justru semakin memperkuat persatuan dan kesatuan nasional atas nama demokrasi yang bermartabat, menjunjung tinggi peradaban sosial dan etika moral bangsa. Semoga....
Comments
Post a Comment