Renungan Ramadhan Hari ke 16
indocomm.blogspot.com
Makna Sosial Iqra
Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang diutus Allah SWT menjadi Rasul terakhir di muka bumi. Nabi Muhammad SAW mendapatkan wahyu ‘Iqra’ melalui perantaraan malaikat Jibril ketika berada di Gua Hira.
Iqra dalam bahasa Indonesia memiliki arti ‘bacalah’. Kata baca merupakan kata kerja yang mengandung makna proses membaca dalam lingkup yang lebih luas. Membaca tidak hanya sebatas kepada buku bacaan atau kitab suci, tetapi membaca juga bisa diterapkan dalam bentuk melihat iklim sosial, dinamika sosial, realitas sosial, dan apapun yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Dalam prosesnya, membaca melibatkan kesadaran manusia untuk menghadapi realitas sosial.
Dengan membaca, kita bisa mendapatkan ilmu pengetahuan yang ada di dunia. Itu tercermin dari hubungan antara manusia dengan Tuhan hingga hubungan antara manusia dengan manusia dan alam semesta. Tak ada hal yang merugikan ketika kita mau membaca. Membaca adalah sesuatu yang diridhai Allah SWT. Tentu saja bacaan yang dibaca mengandung manfaat bagi kehidupan manusia.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS:Al-‘Alaq ayat 1-5). (Riwayat al-Bukhari Bab Kaifa Kana Bad’ul Wahyi Ila Rasululillah shallallahu ‘alaihi wa ssalam).
Hasil akhir dari membaca ialah lahirnya dan berkembangnya ilmu pengetahuan yang menjadi tonggak dasar dalam membangun peradaban umat manusia di alam semesta. Salah satu metode yang ditunjukkan oleh Allah SWT melalui wahyu 'Iqra' Nabi Muhammad SAW ialah kita diperintahkan untuk membaca, karena dengan membaca kita akan mendapatkan ilmu pengetahuan.
Namun faktanya, sebagian besar umat muslim di Indonesia masih sangat malas membaca, sehingga tingkat kecerdasannya dalam ilmu agama maupun ilmu sosial sangat rendah. Maka tak heran, jika sebagian besar umat muslim Indonesia sangat mudah dibohongi atau dibodohi oleh oknum-oknum tertentu atau sekelompok orang yang mengklaim dirinya sebagai tokoh agama (padahal bukan tokoh agama). Ini sangat berbahaya karena tokoh-tokoh agama ‘palsu’ itu bisa memanfaatkan kebodohan umat muslim untuk merebut kekuasaan (politik maupun agama) dengan cara-cara merekayasa atau menyalahtafsirkan ayat-ayat yang ada dalam kitab suci versi mereka.
Sesungguhnya, dengan membaca umat muslim akan memiliki pengetahuan yang luas dan tidak akan mudah dibohongi atau dibodohi untuk kepentingan apapun, termasuk kepentingan tertentu oknum-oknum tokoh agama ‘palsu’ yang mengatasnamakan agama.
Melalui peristiwa Iqra kepada Nabi Muhammad SAW, diharapkan generasi penerus muslim bukan hanya menjadi cerdas, tetapi juga bijak dan mulia dalam kehidupan sosial. Wassalam...
Comments
Post a Comment