Skip to main content

Sejarah Shalat 5 Waktu (Renungan Puasa Ramadhan Hari ke 18)

Renungan Ramadhan Hari ke 18
indocomm.blogspot.com

Sejarah Shalat 5 Waktu

Oleh: Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa
WA: 081289349614

Shalat fardu 5 (lima) waktu adalah kewajiban bagi setiap umat muslim. Perintah shalat lima waktu disebut dalam QS. Al-Baqarah ayat 238, "Peliharalah semua shalat (fardu) dan salat Wusṭā. Berdirilah karena Allah SWT (dalam shalat) dengan khusyuk."

Shalat lima waktu diwajibkan bagi umat muslim, saat Nabi Muhammad SAW tinggal di Makkah, sebelum hijrah ke Madinah. Tepatnya saat malam Isra’ Mi’raj, seperti diterangkan Ibnu Katsir rahimahullah, “Pada malam Isra’ Mi’raj, tepatnya satu setengah tahun sebelum hijrah, Allah SWT mewajibkan shalat lima waktu kepada Rasulullah Muhammad SAW. Kemudian secara bertahap, Allah SWT terangkan syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, serta hal-hal yang berkaitan dengan shalat”. (Tafsir Ibnu Katsir 7/164).

Kedudukan shalat fardu lima waktu sangat istimewa di sisi Allah SWT. Dalam mensyariatkan perintah shalat fardu 5 waktu ini, Allah SWT berbicara langsung kepada Rasul Muhammad SAW tanpa perantaraan malaikat Jibril.

Waktu awal-awal shalat diwajibkan, seluruh shalat hanya berjumlah dua raka’at. Kecuali shalat maghrib jumlahnya tiga raka’at. Baru setelah Rasul hijrah ke kota Madinah, ada penambahan raka’at menjadi empat raka’at (yakni Dhuhur, Ashar, Isya yang tadinya 2 raka’at menjadi 4 raka’at). Kecuali maghrib (tetap 3 raka’at) dan subuh (tetap dua raka’at).

Sebagaimana diterangkan Ibunda Aisyah radhiyallahu’anha, yang termaktub dalam Shahih Bukhori, beliau menceritakan, “Pada awalnya, shalat itu diwajibkan dua rakaat. Kemudian setelah beliau Shallallahu alaihi wasallam hijrah, shalat diwajibkan menjadi empat rakaat.

Sebelum peristiwa Isra Mi’raj, apakah sudah ada kewajiban shalat atas umat muslim? Sebagian Ulama menerangkan, tak ada kewajiban shalat 5 waktu,  kecuali shalat malam, sehingga yang diwajibkan cukup qiyamul lail yaitu menghidupkan sebagian malam dengan ibadah yang tak terbatas pada shalat saja, seperti membaca Al Quran dan ibadah lainnya. Disinilah letak perbedaan qiyamul lail dengan shalat lail. Qiyamul lail mencakup semua jenis ibadah. Sedangkan shalat lail hanya ibadah shalat saja, atau yang biasa kita kenal dengan shalat tahajud. Jadi Qiyamul lail lebih umum daripada shalat lail. Lalu kewajiban ini dihapus setelah ada perintah shalat lima waktu.

Shalat Pertama para Nabi

Shalat Subuh pertama kali dikerjakan Nabi Adam AS. Saat itu, Nabi Adam AS melihat kegelapan malam di bumi dan merasa ketakutan. Saat cahaya fajar mulai tampak, beliau mengerjakan shalat sebanyak dua rakaat. Rakaat pertama sebagai rasa syukur atas keselamatan beliau dari kegelapan malam dan rakaat kedua sebagai rasa syukur atas kembalinya cahaya matahari di pagi hari.

Shalat Dzuhur pertama kali dikerjakan Nabi Ibrahim AS. Kala itu, beliau diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail. Penyembelihan tersebut kemudian diganti menjadi seekor domba oleh Allah SWT. Peristiwa tersebut terjadi ketika tergelincirnya matahari dan beliau menjalankan shalat empat rakaat. Rakaat pertama sebagai rasa syukur beliau atas pengganti putranya Ismail. Rakaat kedua sebagai rasa syukur atas hilangnya kesedihan karena putranya. Rakaat ketiga mengharapkan ridho Allah SWT. Terakhir, rakaat keempat karena mendapatkan kenikmatan berupa domba dari surga yang notabene adalah domba milik Habil bin Adam.

Shalat Ashar pertama kali dikerjakan Nabi Yunus AS. Kala itu, beliau dikeluarkan oleh Allah SWT dari perut ikan paus. Pada saat itu, beliau terjebak dalam empat macam kegelapan, yaitu: kegelapan dalam isi perut ikan paus, kegelapan air laut, kegelapan malam, dan kegelapan alam. Nabi Yunus AS keluar dari perut ikan paus pada waktu Ashar. Kemudian, beliau menjalankan shalat empat rakaat sebagai rasa syukur atas keselamatan dari empat macam kegelapan tersebut.

Shalat Maghrib pertama kali dikerjakan Nabi Isa AS. Beliau keluar dari kaumnya pada saat terbenamnya matahari. Nabi Isa AS menjalankan shalat sebanyak tiga rakaat sebagai ungkapan meniadakan ketuhanan selain Allah SWT, meniadakan tuduhan zina dari kaumnya terhadap ibunya dan menetapkan bahwa ketuhanan hanyalah milik Allah SWT.

Shalat Isya pertama kali dikerjakan Nabi Musa AS. Kala itu, beliau tersesat dalam perjalanan dari Madyan. Pada saat itu beliau ditimpa empat macam kesedihan yaitu: kesedihan atas istrinya, kesedihan atas saudaranya Nabi Harun AS, kesedihan atas putra-putranya, kesedihan atas kekuasaan rezim Fir'aun. Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS sesuai janjiNya yang bertepatan dengan waktu Isya. Sehingga beliau melaksanakan shalat sebanyak empat rakaat sebagai rasa syukur atas hilangnya empat macam kesedihan tersebut. Wassalam...(dari berbagai sumber)



 

Comments

Popular posts from this blog

Menu Buka Puasa itu Bukan Takjil, Tapi Iftar [puasa hari ke-3]

Hampir sebagian besar kaum muslim di Indonesia, memahami kata takjil sebagai makanan atau minuman ringan untuk berbuka puasa. Sebenarnya istilah yang benar tentang menu untuk berbuka puasa bukan takjil, tetapi iftar. Sampai hari ini, pemahaman salah tentang takjil masih terus berlangsung. Takjil berarti menyegera (kamus Al Munawwir hal 900).  Takjil dalam konteks berpuasa, bila diadaptasi kedalam bahasa Indonesia mengandung arti menyegera berbuka puasa saat tiba waktunya (jangan ditunda-tunda). Takjil adalah bahasa Arab yang artinya penyegeraan, bersegera. Takjil berasal dari kata dasar ajjala, yu’ajjilu yang berarti menyegerakan atau mempercepat. Takjil adalah kata kerja, bukan kata benda. Jadi, arti kata takjil bukan makanan atau minuman. Kata yang tepat untuk menyebut makanan dan minuman saat berbuka puasa adalah Iftar. Dalam kamus KBBI, kata iftar diadaptasi dari bahasa Arab yang berarti berbuka puasa. Iftar menggambarkan makanan dan minuman, termasuk makanan utama seper

PROFIL PUBLIK: Wawan Kuswandi, Sosok Jurnalis dan Pemerhati Komunikasi Massa Berkarakter Friendly

PROFIL PUBLIK Wawan Kuswandi, Sosok Jurnalis dan Pemerhati Komunikasi Massa  Berkarakter Friendly Wawan Kuswandi adalah sosok jurnalis dan pemerhati komunikasi massa yang memiliki karakter friendly. Dalam jagat jurnalistik, Weka (panggilan sehari-hari Wawan di kalangan teman-teman pers) sudah berpetualang sekitar  20 tahun lebih hingga sekarang.  Mengawali karirnya sebagai kuli tinta, Wawan bekerja di harian MERDEKA, Jakarta (1995-2005), kemudian mengembara ke Radio SPORT FM 89,35, Jakarta (2007), Majalah TAJUK, Jakarta (2008), dan sejumlah media massa lainnya sebagai penulis lepas, seperti harian SUARA PEMBARUAN, BISNIS INDONESIA, MEDIA INDONESIA, MONETER INDONESIA, BERITA YUDHA, JAYAKARTA, PROPERTY AND THE CITY, GEOTIMES.ID, IBTimes.ID, PropertiTerkini.com, HomePoint.ID, PojokProperti.com dan sejumlah media online lainnya. Berkat pengalamannya yang panjang sebagai jurnalis, Wawan mendapat kepercayaan penuh untuk mengisi posisi EDITOR SENIOR DI NEWSNET ASIA (NNA) Jepang, selama 4 tahu

Aksi Demo Mobil Tronton Berakhir Damai antara Parung Panjang Bersatu dan Paguyuban Transforter

Proses musyawarah masyarakat Parung Panjang Bersatu dan Paguyuban Transforter dengan pejabat wilayah setempat, terkait operasional mobil tronton, berlangsung damai dan menghasilkan kesepakatan bersama.  indocomm (Jakarta), Aksi demo 20 November 2023 lalu yang dilakukan masyarakat Parung Panjang Bersatu, terkait jam operasional mobil tronton, memicu protes keras para sopir tronton, kernet, tukang tambal ban dan para pengusaha tambang Cigudeg. Sebelumnya, jam operasional mobil tronton dinilai mengganggu kenyamanan warga sekitar. Akhirnya terjadi aksi demo warga Parung Panjang Bersatu tanggal 20 November 2023 lalu. Aksi demo ini sebagai bentuk protes keras masyarakat terhadap lalu lalang mobil tronton. Namun, Aksi demo warga Parung Panjang Bersatu memicu protes para sopir tronton, kernet, tukang tambal ban dan para pengusaha tambang Cigudeg. Mereka melakukan aksi demo tandingan. Paska demo kedua belah pihak usai, Muspika Kecamatan Parung Panjang turun tangan  menertibkan jalur lintas yan