Skip to main content

Idul Fitri, Sebuah Momentum Religi





















Perayaan Idul Fitri di Indonesia banyak dimaknai dengan berbagai identitas beragam. Setiap muslim bisa memaknai idul fitri dengan caranya masing-masing, salah satunya makna religius. Dalam tataran makna religius, Idul Fitri identik dengan kemenangan, Idul Fitri identik dengan kesucian, Idul Fitri identik dengan silaturahim, Idul Fitri identik dengan hijrah, Idul Fitri identik dengan zakat fitrah, Idul Fitri identik dengan shodaqoh, Idul Fitri identik dengan ziarah, Idul Fitri identik dengan lantunan takbir dan Idul Fitri identik dengan nikmat iman dan islam.

Sedangkan dalam makna sosial budaya, Idul Fitri identik dengan pakaian dan kain baru, memasak ketupat dan opor ayam, membuat kue nastar, menabuh bedug di masjid dan mushola, pulang kampung, traveling, liburan keluarga, meluncurkan kembang api, berkunjung ke sanak saudara, bermaaf-maafan, membagi-bagi angpaw, berbagi parsel dan THR serta masih banyak lagi yang lainnya.

Keanekaragaman penafsiran makna Idul Fitri menjadi salah satu manifetasi kenikmatan religius yang diberikan Allah SWT kepada kaum muslim. Hari raya Idul Fitri yang jatuh pada setiap tanggal 1 syawal begitu istimewa dan fenomenal. Di sisi berbeda, umat muslim juga merasakan kesedihan bathin sangat mendalam karena kedatangan Idul Fitri bersamaan waktunya dengan kepergian ramadhan.

Hari raya Idul Fitri bukan hanya mendatangkan suka cita, tetapi juga menjadi pintu masuk bagi kaum muslim untuk hijrah diri secara lahir dan bathin. Maksudnya ialah umat muslim wajib menata dirinya menjadi pribadi yang berkualitas, baik dalam konteks sosial maupun agama. Idul fitri menjadi acuan sangat penting bagi umat muslim untuk mengamalkan karakter dan nilai-nilai ramadhan dalam kehidupan sehari-hari hingga bertemu kembali dengan ramadhan dan Idul Fitri mendatang. Sejatinya, hari raya Idul Fitri merupakan momentum puncak religiusitas seorang muslim atas perjalanan ibadahnya selama ramadhan.

Allah berfirman dalam surat al Baqarah ayat 185, “Dan sempurnakanlah puasa kamu mengikut bilangan dari dalam bulan Ramadhan (29 hari atau 30 hari) dan bertakbirlah (membesarkan Allah SWT) atas petunjukNya yang diberikan kepada kamu, semoga kamu bersyukur.” - SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1438 H, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN – (21062017)    

Comments

Popular posts from this blog

[Satire] Anies Baswedan Pilih Mundur atau Dipecat

Kalau terbukti ada kejahatan anggaran yang disengaja dan terindikasi korupsi, maka Anies Baswedan harus memilih mundur sebagai Gubernur DKI Jakarta dan menerima sanksi hukum atau dipecat secara tidak hormat. Usai sholat Jum’at (01/11/2019) kemarin, saya langsung meluncur ke kantor Kementerian Dalam Negeri untuk bertemu dengan Mendagri Tito Karnavian. Rabu sebelumnya, saya sudah membuat janji untuk interview Tito Karnavian seputar kasus dugaan kejahatan anggaran RAPBD DKI Jakarta 2020. Berikut petikan wawancara singkatnya. Indocomm : Apa pendapat bapak terkait skandal harga lem senilai Rp82,8 miliar yang masuk dalam RAPBD 2020 sementara Pemprov DKI Jakarta? Tito Karnavian : Saya sedang mempelajarinya secara serius. Saya telah melakukan kordinasi dengan Ketua DPRD DKI, Menteri Keuangan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta KPK, tujuannya agar kita memiliki satu persepsi yang sama, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat dan jelas, apakah benar ada kejahatan anggar...

Nikmat Malam Takbiran, Momentum Puncak Berdzikir [puasa hari ke-29]

Tradisi merayakan malam takbiran di Indonesia dilakukan dengan berbagai macam cara. Malam Takbiran menjadi momentum puncak berdzikir umat muslim menyambut datangnya hari kemenangan, hari raya Idul Fitri. Malam takbiran merupakan pertanda bahwa seluruh rangkaian ibadah puasa Ramadhan telah berakhir. Selanjutnya, umat muslim bersiap merayakan hari raya Idul Fitri. Di malam takbiran terdengar kumandang lafadz dzikir kalimat takbir, tasbih, tahlil dan tahmid mengagungkan nama Allah SWT yang dilantunkan secara berulang-ulang. Allah Ta’ala berfirman, “… dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjukNya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur ” (QS Al Baqarah:185). Tradisi merayakan malam takbiran di Indonesia dilakukan dengan berbagai macam cara mulai dari takbir keliling, takbir berjamaah di masjid dan mushola sampai dengan takbir di rumah bersama keluarga. Gema takbir juga berkumandang dalam siaran televisi, radio, YouTube dan sejumlah media sosial lainnya dengan ...

Gelombang PHK Berkelanjutan, Kode Keras Bagi Presiden Prabowo Subianto

Gelombang PHK bukan hanya terjadi di sektor industri manufaktur, tetapi juga menyentuh lembaga media massa nasional, seperti stasiun TV swasta, siaran radio komersial dan sejumlah media online. Diprediksi sampai akhir tahun 2025 ini, pengangguran terselubung terdidik semakin tinggi, angka kriminalitas menanjak naik, premanisme meluas dan pungli bertebaran dimana-mana. Oleh:  Wawan Kuswandi Pemerhati Komunikasi Massa Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi secara berkelanjutan sejak tahun 2022 lalu hingga memasuki semester pertama tahun 2025, menjadi kode keras buat Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk segera melakukan evaluasi, terkait kebijakan ekonomi kerakyatan. Badai PHK berjamaah ini terjadi, berawal dari penurunan daya beli masyarakat lapisan bawah. Kondisi ini semakin diperparah oleh keadaan ekonomi global yang terus melemah, serta kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump yang secara tidak langsung merusak sendi-sendi ekonomi nasional. Terja...