Renungan Ramadhan Hari ke 27
indocomm.blogspot.com
Siksa Kubur, Mohonlah PelindunganNya
Oleh: Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa
WA: 081289349614
Setiap makhluk hidup pasti mengalami fase puncak yaitu kematian. Waktu kematian menjadi rahasia Allah SWT. Ada diantara manusia yang takut akan kematian. Namun, ada juga manusia yang mengharapkan cepatnya proses kematian. Yang pasti, semua makhluk hidup akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan, perkataan, pikiran dan perasaannya di hadapan yang maha kuasa. Inilah yang saya sebut sebuah tanggung jawab keimanan manusia selama kita hidup di dunia.
Ada sebuah hadits sahih yang memuat penjelasan tentang perjalanan seorang mukmin sejak berhadapan dengan kematian sampai ditempatkan di liang lahat dan mendapatkan berbagai nikmat kubur. Hadits ini diriwayatkan Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al-Nasa’i, Ahmad al-Hakim, dan al-Thayalisi. Dikomentari oleh al-Hakim, “Hadits ini memenuhi kriteria al-Bukhari dan Muslim.” Pendapat ini pun diakui oleh al-Dzahabi. (Lihat: Dr. Sulaiman al-Asyqar, Al-Qishash al-Ghaib fi Shahih al-Hadits al-Nabawi, [Oman: Daru al-Nafa’is], 2007, cet. pertama, hal. 224).
Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pergi bersama para sahabat mengantarkan jenazah seorang sahabat Anshar. Setibanya mereka di pemakaman, penggalian liang lahat belum usai. Maka Rasulullah shallallahu pun duduk di atas tanah sambil menghadap kiblat. Sementara para sahabatnya duduk di sekitarnya dengan tenang. Saking tenangnya, seakan-akan ada burung hinggap di atas kepala mereka. Hadits ini menggambarkan bagaimana keadaan di sekitar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat itu. Beliau mengambil sebuah kayu lalu mengorek-ngorek tanah. Kemudian, beliau melihat ke langit lalu menunduk. Tak lama, beliau melihat lagi ke langit kemudian menunduk, hingga tiga kali. Setelah itu, beliau bersabda kepada para sahabat, “Memohonlah kalian (perlindungan) kepada Allah dari siksa kubur.” Sebanyak dua atau tiga kali. Lantas, beliau pun berdiri dan berdoa yang artinya, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur (Sebanyak tiga kali). Itulah doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah menggambarkan kepada para sahabatnya bagaimana keadaan seorang hamba sejak menemui kematian sampai dimasukkan ke dalam liang kuburnya, lalu ditinggalkan oleh keluarga dan para sahabat. Lantas apa saja yang menimpa hamba tersebut setelah itu? Dikabarkannya bahwa manusia saat dijemput kematian terbagi menjadi dua golongan yaitu ada yang beriman dan ada yang kufur. Dan perbedaan di antara keduanya sangat jauh.
Sesungguhnya, seorang hamba yang beriman, ketika hendak meninggalkan kehidupan dunianya dan memasuki kehidupan akhiratnya, akan didatangi para malaikat dari langit. Mereka datang dalam rupa terbaik dan akan menempati sebuah tempat tertentu, seraya mengenakan pakaian yang terbaik pula. Wajah mereka putih berseri-seri, seakan-akan mentari yang tengah bersinar. Di tangan mereka terdapat kain kafan dari surga untuk membungkus ruh sang hamba, lengkap dengan minyak wanginya yang akan mengharumkan ruh sang sang hamba tadi. Tampak terlihat mereka duduk sejauh pandangan mata. Bahkan, sebagian orang saleh bisa menceritakan kejadian yang disaksikannya itu, sementara orang-orang di sekitar mereka sama sekali tidak melihat apa-apa.
Tak lama berselang, datanglah malaikat maut dan duduk dekat kepala sang hamba. Dia berkata kepada ruh si hamba, “Wahai jiwa yang tenang…. Keluarlah kepada Tuhanmu dalam keadaan rida dan diridhai,” (QS al-Fajr [89]: 27-28). Ruh pun tak bisa menunda perintah itu. Ia perlahan mengalir keluar dari jasad seperti keluarnya air yang bersih dan jernih. Setelah ruh mukmin yang bersih dan jernih itu keluar, semua malaikat langit dan malaikat bumi menshalatkannya. Pintu-pintu langit dibuka. Setiap penduduk pintu surga berdoa kepada Allah dan memohon agar ruh hamba itu diangkat ke tempat mereka. Setelah ruh sang hamba dikeluarkan oleh malaikat maut, maka para malaikat yang hadir menyaksikan kematian tidak membiarkan ruh itu sekejap mata pun. Mereka langsung mengambilnya dan meletakkannya di atas kain kafan dan minyak wangi yang mereka bawa dari surga.
Setelah ruh terpisah dari jasad, terciumlah aroma semerbak wangi, sampai-sampai memenuhi dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah menggambarkan bagaimana aroma wangi ruh hamba tersebut, melalui sabdanya, “Aroma itu keluar dari ruh bagaikan minyak kesturi yang paling wangi yang pernah engkau temukan di muka bumi.” Rupanya itu ruh yang selalu diharumkan dengan keimanan dan amal-amal saleh sewaktu di dunia. Dan jejak aroma dari ruh itu jelas diketahui saat ruh tersebut keluar dari jasadnya dan tercium para malaikat. Bahkan, aroma wangi dari orang meninggal seperti itu tercium pula oleh sebagian orang saleh. Dapat dipastikan, aroma wangi itu salah satunya keluar dari ruh para syuhada.
Setelah berhasil mengenggam ruh sang hamba, para malaikat langsung bertolak ke langit tertinggi. Di perjalanan, setiap berjumpa dengan kerumunan malaikat, mereka ditanya tentang bawaan ruh yang wangi sewangi minyak misik itu. Tak lupa mereka menyebut nama ruh hamba itu dengan nama terbaik yang pernah mereka dengar di dunia. Setibanya di langit, para malaikat pembawa ruh meminta izin kepada para penjaga langit untuk masuk. Setelah diizinkan masuk, mereka pun diikuti dan diantar para malaikat di langit sampai ke langit berikutnya. Begitu seterusnya, hingga di langit ketujuh. Setiba di langit ketujuh, Rabbul ‘Izzati berfirman, “Tulislah oleh kalian nama hambaKu ini di ‘illiyyin,” sebagimana firmanNya dalam Al-Qur’an,
"Tahukah kamu apakah 'Illiyyin itu? (Yaitu) kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah)," (QS al-Muthaffifîn [83]: 19-21). Maka ditulislah nama hamba tersebut pada ‘illiyyin. Lalu dikatakan kepada mereka: “Kembalikanlah dia ke bumi. Sebab, Aku berjanji kepada mereka, darinya Aku menciptakan mereka. Ke sana Aku mengembalikan mereka. Dan darinya Aku mengeluarkan mereka lagi.”
Hal itu sebagaimana ditulis dalam Al-Qur’an, “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kalian dan kepadanya Kami akan mengembalikan kalian dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kalian pada kali yang lain,” (QS Thaha [20]: 55).
Setelah melewati perjalanan langit dan namanya dicatat dalam illiyyin, ruh itu dikembalikan ke bumi dan dimasukkan lagi ke jasadnya. Sehingga, dia bisa mendengar kembali suara sandal kawan-kawannya yang berpaling meninggalkan kuburnya. Setelah ruh itu dikembalikan ke dalam jasad yang ada di dalam kubur.
Selanjutnya, sang hamba itu didatangi dua malaikat yang berteriak keras dan kasar. Didudukkanlah hamba tersebut oleh mereka, lalu ditanya tentang empat hal. Pertanyaan pertama adalah tentang Tuhan yang disembahnya semasa di dunia. Keduanya bertanya, “Siapakah Tuhanmu?” Maka hamba itu menjawab, “Tuhanku adalah Allah.” Pertanyaan kedua adalah tentang agama yang dipeluk dan mengajarkan dirinya beribadah kepada Tuhannya. Maka hamba itu menjawab, “Agamaku adalah Islam.” Pertanyaan yang ketiga adalah tentang rasul yang diutus di tengah umat Islam dan menjadi panutannya. Maka dia akan menjawab, “Rasulku adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Dan pertanyaan yang keempat adalah tentang amal-amalnya semasa di dunia. Maka dia akan menjawab, “Aku membaca Kitabullah, beriman kepadanya, bersedekah, dan yang lainnya.”
Pertanyaan-pertanyaan di atas mencerminkan ujian di alam kubur. Saat itu, tidak berguna sedikit pun kecerdasan, tipu daya, dan cara lain untuk menyelamatkan dirinya. Andai ada orang kafir yang menghafal jawaban-jawaban itu dengan benar di dunia, maka jawaban-jawaban tersebut tidak akan keluar sesuai dengan yang diinginkan. Sebab, orang yang diberi pertolongan untuk memberikan jawaban yang benar hanyalah orang mukmin yang ditetapkan Allah keimanan dan amal salehnya. Sehingga dia bisa menjawab dengan benar. Hal itu sejalan dengan firmanNya, "Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki," (QS Ibrahim [14]: 27).
Setelah itu, terdengar suara panggilan dari langit yang membenarkan apa yang disampaikannya, memerintahkan para malaikat untuk mengubah kuburannya menjadi salah satu taman surga. Lalu terdengarlah suara dari langit, “Hamba-Ku itu benar. Maka hamparkanlah sebuah taman dari surga untuknya. Berilah pakaian dari surga untuknya. Bukalah sebuah pintu ke surga untuknya.”
Datanglah aroma wangi dari surga kepadanya. Dan dilapangkanlah kuburannya sejauh mata memandang. Hilang seruan itu, datanglah kepada hamba tersebut seorang laki-laki atau seorang yang menyerupai sosok laki-laki. Laki-laki itu berwajah tampan, berpakaian bagus, dan beraroma wangi.
Kemudian, laki-laki itu menyampaikan kabar gembira yang menenangkan hatinya. Dalam hadist ditegaskan, “Datanglah kepadanya seorang laki-laki berwajah tampan, berpakaian bagus, dan bertubuh wangi. Dia berkata, “Gembirakanlah dirimu dengan kabar yang menenangkanmu. Gembirakanlah dirimu dengan kabar tentang keridaan Allah SWT dan surga-surga yang berisi aneka kenikmatan abadi di dalamnya. Inilah harimu yang dijanjikan kepadamu.”
Sang hamba pun mencoba mencari tahu siapa sesungguhnya laki-laki yang memberikan kabar gembira kepada dirinya. Dia lalu bertanya, “Semoga Allah memberikan kabar baik kepadamu, siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan.”
Maka sosok yang diserupakan dengan sosok laki-laki itu menjawab, “Aku adalah amal salehmu. Demi Allah, aku tidak mengetahuimu kecuali dulu engkau bergegas menaati Allah. Namun, lamban dalam melakukan kemaksiatan. Semoga Allah membalas kebaikanmu.”
Demikian yang terjadi pada seorang hamba mukmin dari mulai sakaratul maut hingga datang tuntunan untuknya agar senantiasa tenang dalam kubur sampai tiba waktu yang telah ditetapkan Allah (Kiamat), berdasarkan hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang sahih. Wassalam....
(dari berbagai sumber, https://islam.nu.or.id/jenazah/tahapan-perjalanan-ruh-mukmin-hingga-ke-alam-barzakh-89TOC)
Comments
Post a Comment