Renungan Ramadhan Hari ke 24
indocomm.blogspot.com
BIDADARI SURGA
Pemerhati Komunikasi Massa
WA: 081289349614
Puluhan pesan singkat WA masuk ke ponsel saya. Umumnya nomor WA itu tidak saya kenal. Mereka menginginkan saya untuk menulis artikel tentang bidadari surga. Saya mencoba menulis artikel singkat tentang bidadari surga dari berbagai sumber yang saya baca. Jujur, saya akui tulisan ini sangat jauh dari sempurna, untuk itulah saya mohon maaf. Semoga bermanfaat.
Dalam bahasa Arab bidadari disebut "Hauraa" atau Huruun 'iin”, artinya putih bersih, mulus tidak cacat. Sebutan lain yang artinya juga bidadari ialah Huriya atau Huraiya. Secara umum, bidadari dapat dimaknai perempuan surga berkulit putih, bermata jeli dengan lentik bulu mata serta sifat pribadinya yang sempurna.
Penciptaan bidadari telah ada seiring keberadaan surga, seperti tertulis dalam hadits Anas ra, Nabi SAW berkata, “Pada malam perjalanan isra’ aku melintasi sungai di surga yang di kedua tepinya ada kubah-kubah yang terbuat dari marjan, maka ada yang menyeruku, “assalamualaika ya Rasulullah”. Maka aku berkata pada Jibril, wahai Jibril, siapakah mereka itu? Jibril berkata,mereka adalah para bidadari yang berjajar meminta izin kepada Rabb untuk mengucap salam kepadamu dan Allah SWT mengizinkan mereka, maka mereka berkata, kami kekal dan tak akan mati selamanya, kami merasakan nikmat dan tidak akan sedih selamanya, kami ridha dan tak akan murka selamanya kepada suami-suami yang mulia.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan. penuh cinta lagi sebaya umurnya”. (Q.S al-Waqi’ah [56]:35-37)
Ayat yang mulia ini menjelaskan tentang penciptaan bidadari. Allah SWT menciptakan mereka langsung seketika menjadi gadis-gadis perawan yang penuh cinta dalam satu usia yang sama yaitu 33 tahun.
Imam ath-Thabariy dalam tafsirnya menyebutkan bahwa yang dimaksud bidadari itu suci adalah suci dari seluruh kotoran seperti haid, nifas, buang air besar atau air kecil, air liur dan lainnya. Sedangkan menurut Ibnu Qayyim, lisannya bidadari suci dari sesuatu yang keji, pandangannya suci dari melihat selain suaminya, bajunya suci dari segala noda. Kesucian bidadari sangat sempurna dari segala aib, baik dzahir maupun batin, baik fisik atau akhlaknya.
Allah SWT berfirman, “Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya, seakan-akan mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik.” (QS ash-Shaffat [37]:48-49).
Para bidadari ini selalu berada di dalam rumah untuk menjaga kehormatan dirinya dan kehormatan suami mereka. Allah SWT berfirman, “(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah”. (QS ar-Rahman [55]:72)
Bidadari itu juga perawan sesuai firman Allah SWT, “Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin”. (QS ar-Rahman [55]:56). Makna bidadari tidak pernah disentuh dalam ayat diatas, menurut imam ath-Thabariy ialah tidak ada yang pernah menyetubuhi bidadari, baik dari kalangan manusia ataupun jin.
Allah SWT menciptakan bidadari sebagai pelengkap kenikmatan surga, tatkala penghuni surga telah terpenuhi dengan kenikmatan ruh dan badan dari makanan, minuman serta tempat tinggal dan lainnya, masih ada kenikmatan manusiawi lainya sebagai penyempurna kenikmatan yaitu bersenang-senang dengan bidadari. Wassalam...
Comments
Post a Comment